Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Baper Adegan Pelukan Sambo dan Putri, Awas Kena Sindrom Stockholm!

Vivin Lizetha , Jurnalis-Jum'at, 02 September 2022 |09:30 WIB
Baper Adegan Pelukan Sambo dan Putri, Awas Kena Sindrom Stockholm!
Adegan "mesra" Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi saat rekonstruksi pembunuhan Brigadir J (foto: istimewa)
A
A
A

REKONSTRUKSI pembunuhan Brigadir Joshua baru saja berlangsung pada Selasa (30/8/2022) lalu. Kini banyak video berisi cuplikan aktivitas tersangka pembunuhan pada saat rekonstruksi beredar di dunia maya. Salah satunya adegan "romantis" Putri Candrawati dan Ferdy Sambo.

Dalam beberapa video Putri dan Ferdy Sambo tampak saling berpelukan serta memberikan dukungan satu sama lain. Adegan ini justru lebih menarik perhatian publik dibandingkan proses rekonstruksinya sendiri. Beberapa netizen menanggapi negatif adegan "romantis" tersebut. Dan menganggap sangat tidak wajar pelaku pembunuhan melakukan hal tersebut di depan publik.

 ferdy dan putri

Namun tak sedikit warganet yang mulai berempati kepada pelaku dalam pembunuhan Brigadir J itu. Mungkin mereka sudah terkena sindrom Stockholm.

Dikutip dari Healhtline, Jumat (2/9/2022), dalam dunia medis, kondisi berempati pada pelaku kejahatan disebut sebagai sindrom Stockholm. Ini adalah bentuk respon psikologis manusia, dan umumnya terjadi pada korban sandera atau pelecehan yang terikat dengan pelaku penculikan.

Sindrom Stockholm termasuk gangguan kesehatan mental. Muncul karena adanya tekanan yang terus menerus terjadi, hingga untuk menanggulangi rasa tertekan itu, korban mulai menumbuhkan rasa empati pada pelaku kejahatan.

Sebaliknya, penderita sindrom Stockholm malah akan benci pada pihak yang membantu lepas dari pelaku kejahatan, seperti polisi, pemerintah, atau siapa pun. Mereka mulai merasakan sisi kemanusiaan pelaku.

Ada beberapa situasi yang membuat sindrom Stockholm muncul, dikutip dari Healthline, Jumat (2/9/2022).

1. Hubungan kasar

Individu yang dilecehkan dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan pelakunya. Pelecehan seksual, fisik, dan emosional, serta inses, dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

2. Pelecehan anak


sindrom stockholm


Pelaku sering mengancam korbannya dengan menyakiti, bahkan kematian. Korban mungkin mencoba untuk tidak membuat marah pelaku dengan menjadi patuh. Pelaku juga dapat menunjukkan kebaikan yang dapat dianggap sebagai perasaan yang tulus. Hal ini selanjutnya dapat membingungkan anak dan menyebabkan mereka tidak memahami sifat negatif dari hubungan tersebut.

3. Perdagangan seks

Orang-orang yang diperdagangkan seringkali bergantung pada pelakunya untuk kebutuhan, seperti makanan dan air.

4. Pelatihan pada atlet

Menjadi atlet olahraga adalah cara yang bagus bagi orang untuk membangun keterampilan dan hubungan. Sayangnya, beberapa dari hubungan itu pada akhirnya mungkin negatif. Teknik pelatihan yang keras bahkan bisa menjadi kasar. Atlet mungkin mengatakan pada diri sendiri bahwa perilaku pelatih mereka adalah untuk kebaikan mereka sendiri. Padahal bisa saja termasuk hubungan abusive.

(vvn)

(Kemas Irawan Nurrachman)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement