ADA 7 fakta uang panai dalam pernikahan Bugis Makassar yang belum banyak orang tahu. Uang panai termasuk salah satu syarat pernikahan dalam tradisi suku Bugis Makassar. Diketahui bahwa kedudukan uang panai berbeda dengan mahar pernikahan.
Uang panai dalam bahasa Makassar umumnya disebut doi panai, sementara dalam bahasa Bugis disebut doi menre. Dalam tradisi ini, keluarga pihak laki-laki harus menyediakan uang panai yang akan diberikan kepada keluarga pihak perempuan sebagai biaya pesta pernikahan.
Mulanya, uang panai bagi masyarakat suku Bugis Makassar disesuaikan dengan strata sosial dari wanita. Sayangnya, saat ini tidak sedikit masyarakat suku Bugis Makassar latah dalam menetapkan standar uang panai dengan nilai yang tinggi.
Uang panai sendiri memiliki fakta yang tak diketahui banyak orang. Lantas, apa fakta uang panai dalam pernikahan Bugis Makassar yang belum banyak orang tahu? Untuk mengetahuinya, simak ulasan berikut ini.
7 Fakta Uang Panai dalam Pernikahan Bugis Makassar yang Belum Banyak Orang Tahu
Berikut ini 7 fakta mengenai uang panai.
1. Sebagai Simbol Penghargaan kepada Mempelai Wanita
Pada dasarnya, uang panai adalah simbol penghargaan untuk mempelai wanita dari calon mempelai laki-laki. Secara filosofis, tradisi ini ditujukan untuk melihat kesungguhan dan kerja keras dari calon mempelai laki-laki.
2. Nominal Ditentukan oleh Keluarga Mempelai Wanita
Uang panai berkaitan erat dengan martabat keluarga, atau dalam bahasa Bugis disebut dengan Sirri. Sehingga nominal atau besarannya ditentukan oleh keluarga calon mempelai wanita. Umumnya, keluarga akan melakukan musyawarah terlebih dahulu untuk menentukan nominal tersebut.
3. Sebagai Lambang Status Sosial
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nominal dari uang panai. Hal ini berkaitan dengan status sosial keluarga mempelai wanita di lingkungan masyarakat.
Bila calon mempelai wanita adalah keturunan bangsawan, maka uang panai yang diberikan lebih besar. Belum lagi jika memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan pekerjaan yang baik, maka nilainya semakin tinggi.
4. Tak Hanya Berupa Uang
Uang panai yang diberikan kepada calon mempelai wanita dapat berupa properti, seperti rumah atau sebidang tanah. Hanya saja, benda tersebut berfungsi sebagai penggenap. Sebab, tujuan utama dari uang panai untuk menggelar pesta pernikahan yang ditujukan untuk kebutuhan pesta.
5. Besarannya Tak Harus Bernilai Fantastis
Meski seringkali terkesan fantastis, sebenarnya uang panai bukan sesuatu yang mutlak. Pasalnya, uang panai bukanlah sesuatu yang besaran dan nominalnya tak bisa dinegosiasikan. Hal ini juga disesuaikan dengan sudut pandang dan pertimbangan dari setiap keluarga.
6. Sebagai Ajang Adu Gengsi
Sejatinya, uang panai memuat nilai filosofis yang luhur. Namun, tak dapat dipungkiri, dalam perkembangannya telah terjadi pergeseran makna.

Uang panai kerap kali sebagai ajang adu gengsi, dimana semakin besar nilai uang panai, maka semakin baik citra keluarga dalam masyarakat. Sehingga tak jarang membuat calon mempelai terpaksa untuk berhutang demi memenuhi tuntutan ini.
7. Kasus Gagal Nikah karena Uang Panai
Uang panai juga tak jarang menjadi batu sandungan yang menghalangi sepasang kekasih untuk menikah. Sebab, uang panai yang besar memberatkan calon mempelai bahkan tak sedikit yang gagal menikah. Hal ini menuai kritik bahkan di kalangan masyarakat Bugis Makassar sendiri.
Demikian 7 fakta uang panai dalam pernikahan Bugis Makassar yang belum banyak orang tahu.
(Salman Mardira)