AKSI seorang perempuan melahirkan di air di pantai lepas wilayah Nikaragua menuai protes dan viral di media sosial. Persalinan yang dilakukannya dianggap ekstrem dan berisiko membahayakan bayinya.
Di sisi lain, melahirkan di air memang bisa jadi pilihan proses persalinan. Tapi, teknik persalinan tersebut harus diawasi betul oleh tenaga medis pun banyak hal yang harus diperhatikan.
Artinya, perempuan yang ingin melahirkan di air tidak bisa dengan sembarang 'mengeluarkan' bayi dari perutnya begitu saja di dalam air. Sebab, mulai dari kualitas air yang dipakai hingga suhu air harus diperhitungkan dengan baik.
Melahirkan di air sendiri menurut penelitian terbaru di Amerika Serikat sama amannya dengan persalinan normal. Meski begitu, masih banyak dokter dan bidan yang tidak setuju dengan konsep persalinan di dalam air ini.
Banyak pasangan memilih persalinan di dalam air karena dipercaya lebih minim stres dan rasa sakit yang lebih kecil. Padahal, bukti bahwa persalinan di dalam air ini aman masih sebatas studi observasional.
BACA JUGA : Viral Wanita Melahirkan di Pantai Tanpa Bantuan Medis, Ahli Jelaskan Bahayanya
Studi lain yang dilakukan peneliti dari University of Michigan dengan menganalisis 397 kelahiran di air dan 2.025 kelahiran 'darat', didapati bahwa peneliti tidak menemukan perbedaan risiko baik untuk ibu maupun anaknya.
Ibu dari kelompok melahirkan di air sebenarnya meNgalami lebih sedikit robekan tinGkat pertama dan kedua di proses persalinannya. Kemudian, bayi minim risiko masuk NICU tapi ada risiko bayi mendapat skor lebih rendah pada tes perkembangan dasar.
"Jika persalinan di dalam air dilakukan dengan tepat, hasilnya akan sangat baik," terang Lisa Kane Low, peneliti.