Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Jurnalis Selandia Baru yang Hamil Ditolak Masuk ke Negaranya, Akhirnya Minta Bantuan

Anisa Suci Maharani , Jurnalis-Selasa, 01 Februari 2022 |19:05 WIB
Jurnalis Selandia Baru yang Hamil Ditolak Masuk ke Negaranya, Akhirnya Minta Bantuan
Ilustrasi traveling (dok Freepik)
A
A
A

Mereka harus pergi ke tempat lain sampai Selandia Baru dibuka. Masalahnya adalah satu-satunya tempat yang bisa mereka tinggali yaitu Afghanistan. Keadaan menjadi lebih kacau saat pembukaan pembatasan Selandia Baru ditunda.

Bellis mengatakan, dia telah berbicara dengan kontak senior Taliban yang mengatakan kepadanya bahwa dia akan baik-baik saja jika dia kembali ke Afghanistan. "Katakan saja kepada orang-orang bahwa Anda sudah menikah dan jika itu meningkat, hubungi kami. Jangan khawatir," kata senior itu kepada Bellis.

Dia sudah mendapat surat dari dokter kandungan dan ahli medis Selandia Baru untuk mengkonfirmasi bahaya melahirkan di Afghanistan dan dampak stres yang tinggi selama kehamilan.

Dia mengatakan, dia telah mengirim 59 dokumen ke otoritas Selandia Baru di Afghanistan tetapi mereka menolak permohonannya untuk pengembalian darurat.

Baru-baru ini PBB menulis tentang kemungkinan ada tambahan 50.000 wanita meninggal saat melahirkan di Afghanistan pada tahun 2025 karena keadaan perawatan bersalin. "Di sini, hamil bisa menjadi hukuman mati," tulis Bellis.

"Jadi, kami akan bertarung. Saya tidak akan melahirkan di Afghanistan. Saya bertekad untuk pergi 30 minggu karena takut melahirkan lebih awal. Dalam hal ini perawatannya mungkin berupa selimut hangat dan doa," lanjutnya.

Bellis hanya bisa terisak di jendela kamar setelah mendapat beberapa kali penolakan. Dia berada dalam kondisi membutuhkan bantuan, namun Pemerintah Selandia Baru mengatakan dia tidak diterima di sini.

Chris Bunny, kepala gabungan sistem Isolasi dan Karantina Terkelola Selandia Baru, mengatakan kepada NZ Herald bahwa aplikasi darurat Bellis tidak sesuai dengan persyaratan bepergian dalam 14 hari.

Dia mengatakan, staf telah menghubungi Bellis tentang membuat aplikasi lain yang sesuai dengan persyaratan.

"Ini tidak biasa dan merupakan contoh tim yang membantu warga Selandia Baru yang berada dalam situasi menyedihkan," tulis Bunny.

Bellis mengatakan, setelah berbicara dengan pengacara, politisi dan orang-orang hubungan masyarakat di Selandia Baru, kasusnya tampaknya bergerak maju lagi, meskipun dia belum disetujui untuk pulang.

(Kurniawati Hasjanah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement