Beberapa bahan yang digunakan para seniman – seperti kertas lipat, lem kertas, dan kelip-kelip – tidak dipilih karena mempertimbangkan pelestarian. Sebagian besar seniman, kata Bickford, tidak memikirkan keawetan karya mereka dan hanya menggunakan materi yang tersedia.
Balok kayu di sekitar museum, dipasang miring untuk menghalangi sinar matahari langsung, memberi satu lapisan perlindungan.
Para desainer bangunan itu juga berupaya menciptakan suasana di mana para pengunjung dapat merasa terkejut – terantuk pada sudut-sudut tersembunyi seolah mereka menemukan lingkungan yang dibangun seniman, di sepanjang jalan berhutan atau di tepi jalan.
Di salah satu pojok museum, patung-patung Dr. Charles Smith tertumpuk di rak-rak menunggu kunjungan seniman itu Oktober mendatang. Sejak 1980-an, seniman autodidak Louisiana itu telah menutupi rumah dan tamannya dengan patung-patung yang menggambarkan orang dan peristiwa dari sejarah warga kulit hitam Amerika.

Bickford menjelaskan, Smith membiarkan patung-patung itu melewati proses yang ia sebut ‘melapuk’. "Baginya, merekalah yang mendapatkan pengalaman hidup. Ia kemudian membangun mereka kembali dan memperkuat mereka dari waktu ke waktu.”
Sebagai satu dari sedikit seniman yang masih hidup yang karyanya dipamerkan di museum itu, posisinya unik. Smith memberi masukan mengenai bagaimana karyanya akan ditampilkan.
Bickford berharap para pengunjung The Art Preserve akan terinspirasi oleh lingkungan yang dibangun Smith dan para seniman lainnya. Ia ingin orang yang melewati bangunan itu akan menengok sebentar ke rumah tetangga sewaktu melewati pagar rumah itu.
(Salman Mardira)