"Saya tidak pernah dan tidak bisa membuat pola rancangan busana. Semua idenya mengalir saat bereksperimen langsung pada bahan," jelasnya.
Awalnya dia merancang busana dengan memasang bahan pada patung. Di situlah kemudian imajinasinya mengalir, menuntun tangan terampilnya menggunting serta menambahkan manik-manik dan detil lain pada karya busananya.
“Saya bisa disebut sebagai fashion designer alami, autodidak,”tukasnya.
Tahun 2002, ia mendirikan rumah singgah bernama Wisma Kasih Bunda yang berkolaborasi dengan Rumah Sakit St. Elizabeth Semarang. Wisma Kasih Bunda yang awalnya diperuntukkan bagi penderita hydrocephalus.
Ia juga memberi bantuan kepada penderita tumor, labiopalataschisis atau bibir sumbing, membantu bayi yang menderita atresia ani (tanpa anus), bayi yang mengalami cacat bawaan kaki dan tangan, leukimia, dan thalassemia untuk dioperasi.