Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ini 3 Faktor yang Menentukan Keberhasilan Program Diet

Antara , Jurnalis-Kamis, 25 Maret 2021 |10:56 WIB
Ini 3 Faktor yang Menentukan Keberhasilan Program Diet
Ilustrasi makanan sehat untuk program diet. (Foto: Schantalao/Freepik)
A
A
A

SEJUMLAH penelitian dan literatur ilmiah mengungkapkan bahwa keberhasilan program diet atau penurunan berat badan yang sehat tidak hanya ditentukan pola makan dan olahraga. Setidaknya ada tiga faktor yang menentukan.

Dikutip dari Antara, Kamis (25/3/2021), berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine, program diet bagi penderita obesitas dilakukan dengan memerhatikan sedikitnya tiga hal lain yang memengaruhi kondisi tubuh pasien.

"Penelitian ini dapat membantu pasien obesitas untuk menjalani program diet sesuai pada jalurnya," jelas konsultan diet Dokter Whit Roberts, seperti dilansir laman KSL.

Adapun tiga faktor yang menentukan keberhasilan program diet adalah:

Baca juga: Catat, Diet Sangat Rendah Kalori Harus Diawasi Ahli 

Ilustrasi diet sehat. (Foto: Loius Hansel/Unsplash)

1. Kronobiologi

Setiap orang mungkin pernah mendengar tentang puasa berselang atau intermitten fasting. Metode puasa berselang ini dapat digabung dengan studi kronobiologi untuk membantu program penurunan berat badan bagi pasien obesitas.

Kronobiologi atau studi tentang bagaimana ritme matahari, bulan, dan musim memengaruhi siklus mental, fisik, serta emosional tubuh. Dokter Whit Roberts menjelaskan bahwa penelitian membuktikan puasa berselang akan lebih efektif bila mengikuti kronobiologi bukan hanya berapa lama seseorang berpuasa.

Rupanya, pepatah lama bahwa sarapan adalah makanan terpenting hari ini sepenuhnya benar. Roberts menjelaskan bahwa kalori yang dimakan di pagi hari diperlakukan berbeda oleh tubuh daripada kalori yang dimakan di malam hari.

"Di pagi hari, tubuh Anda sedang mempersiapkan kebutuhan energi siap pakai dengan mengubah makanan Anda menjadi glikogen, sebuah molekul penyimpanan energi jangka pendek. Untuk mencapai ini, tubuh Anda membakar simpanan lemak yang dibenci itu. Namun, ini adalah cerita yang sama sekali berbeda di malam hari," jelasnya.

Pada malam hari, tubuh diprogram untuk bersiap tidur dan restoratif, sehingga kalori yang dimakan saat makan malam atau malam hari lebih sering disimpan sebagai lemak atau molekul penyimpan energi jangka panjang.

Baca juga: Waspada, Diet Tinggi Lemak Bisa Tingkatkan Risiko Serangan Jantung 

2. Bakteri jahat

Sejumlah literatur ilmiah menunjukkan bahwa bakteri jahat di usus merupakan salah satu penyebab mudahnya kenaikan bobot tubuh pada sebagian besar pasien obesitas.

Salah satu pasien obesitas mengeluhkan berat badannya yang tiba-tiba melonjak lebih dari 18 kilogram dalam waktu 6 bulan meskipun dia sedang dalam program diet. Dia pergi ke dokter dan menjalani tes hormon dan kelenjar tiroid yang hasilnya ternyata baik-baik saja. Pasien ini juga giat berolahraga, namun tubuhnya terus bertambah gemuk.

"Dia datang kepada saya, dan kami melakukan sejumlah pemeriksaan dan evaluasi. Pasien rupanya pernah menjalani terapi antibiotik yang turut membunuh bakteri baik pada ususnya, hal ini membuat bakteri jahat makin merajalela meskipun pasien mengkonsumsi sedikit gula dan karbohidrat biasa," ungkap Robert.

Dilansir dari laman Healthline, tingginya bakteri jahat di usus dapat menyebabkan makanan sulit untuk dicerna, meningkatnya gas di lambung, kembung, diare, hingga penurunan metabolisme pada tubuh.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement