Tiga bulan setelah "lockdown" atau sekitar November 2020 baru buka kembali. Persiapannya dilakukan sendiri mulai dari sebagai konsultan sendiri, buat road maps, apa yang akan dijual, dan target pasar, hingga kita menyasar wisatawan lokal dan nusantara.
Bangkit
Ombak besar yang cocok untuk peselancar menjadi modal bagi Zulfitri untuk memasang target pasar kunjungan turis asing. Namun, pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda akhir, sehingga membuat dirinya harus menciptakan ide kreatif dalam menarik pengunjung nusantara.
Beberapa spot foto atau photo booth yang menarik bagi pengunjung dihadirkan. Di antaranya seperti replika sebuah kapal legendaris, pondok-pondok berbentuk segi tiga, terbuka, dilengkapi lampu-lampu yang menambah suasana jadi lebih romantis.
Booth photo itu untuk menarik wisatawan lokal, yang berfoto, mengunggah ke media sosial sehingga menjadi promosi yang murah untuk di kenal masyarakat luas.
“Karena kemarin itu hanya mengandalkan ombak bagus, karena target kita itu turis asing, tapi hari ini kita mengandalkan wisatawan lokal. Biar pun kita (Indonesia) belum bukan pintu untuk (wisatawan) dunia, maka kita mencoba dengan segmen pasar di daerah dulu,” katanya.
Ini juga menjadi promosi yang positif bahwa Aceh ini aman untuk dikunjungi. Karena nyawanya pariwisata adalah promosi.
Akhir-akhir ini, Zulfitri mengakui bahwa tempat wisata yang dikelola banyak dikunjungi wisatawan. Pada Senin-Jumat, pengunjung bisa sekitar 150-300 orang, sedangkan pada Sabtu-Minggu pengunjung bisa mencapai ribuan orang.
Bahkan, lima unit kamar bungalow miliknya selalu penuh hampir setiap akhir pekan. Untuk biaya sewa satu kamar Rp500 ribu per malam, dengan jumlah orang menginap tidak dibatasi, agar tidak memberatkan pengunjung untuk membayar.
Prokes
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Aceh Besar Ridwan Jamil mengatakan saat awal-awal pandemi COVID-19 memang destinasi wisata di Aceh Besar sempat ditutup untuk sementara waktu, sesuai dengan instruksi bupati.
Setelah itu, pemerintah pusat menginstruksikan agar lokasi-lokasi wisata bisa dibuka kembali dengan pertimbangan agar aktivitas ekonomi masyarakat di sektor pariwisata tidak lumpuh.
“Sehingga kemudian boleh dibuka kembali, tetapi dengan memperhatikan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat,” kata Ridwan.
Saat ini sudah banyak warga yang memadati tempat wisata. Hal itu dipicu karena ruang gerak bagi masyarakat saat pandemi terbatas, jenuh di rumah, sehingga berlibur ke pantai seperti di Joel’s Bungalow, Babah Kuala, Pasir Putih, Ujong Batee dan tempat lainnya.