Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Muncul Virus Nipah, Sejumlah Farmasi Belum Siap Hadapi Pandemi Berikutnya

Wilda Fajriah , Jurnalis-Rabu, 27 Januari 2021 |11:46 WIB
Muncul Virus Nipah, Sejumlah Farmasi Belum Siap Hadapi Pandemi Berikutnya
Ilustrasi cegah virus nipah. (Foto: Prostooleh/Freepik)
A
A
A

SEJUMLAH perusahaan farmasi terbesar di dunia seperti R&D dan GSK menyatakan belum siap menghadapi pandemi berikutnya terkait kekhawatiran munculnya virus nipah (NiV). Ditambah lagi, saat ini angka kasus covid-19 yang masih mewabah dilaporkan terus meningkat.

Direktur Eksekutif Access to Medicine Foundation yang berbasis di Belanda, Jayasree K Iyer, menyoroti wabah virus nipah di China dengan tingkat kematian hingga 75 persen. Ini berpotensi menimbulkan risiko pandemi besar berikutnya.

Baca juga: Selain Corona, Ada Virus Nipah yang Juga Bisa Sebabkan Pandemi 

"Virus Nipah adalah penyakit menular lain yang muncul dan menimbulkan kekhawatiran besar," katanya, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (27/1/2021).

Ia juga mengatakan bahwa virus nipah bisa menimbulkan angka persebaran tertinggi kapan saja. Maka itu, para ilmuwan menilai virus nipah bisa berpotensi menjadi pandemi baru.

Ilustrasi virus. (Foto: Kjpargeter/Freepik)

Virus nipah dapat menyebabkan masalah pernapasan yang parah dan ensefalitis, serta pembengkakan otak. Virus nipah juga memiliki angka kematian 40 hingga 75 persen, tergantung di mana wabah itu terjadi.

Ini adalah salah 1 dari 16 penyakit menular yang diidentifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai risiko kesehatan masyarakat terbesar.

Baca juga: Para Ilmuwan Mewaspadai Virus Nipah Jadi Pandemi Baru di Asia 

Dari 16 patogen yang diidentifikasi oleh WHO sebagai risiko terbesar bagi kesehatan masyarakat, hanya 6 yang saat ini berada di bawah R&D.

Empat produk dalam pengembangan untuk virus chikungunya yang ditularkan oleh nyamuk yang telah menyebar dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir di seluruh Amerika, Afrika, dan di India. Produk itu berupa vaksin, obat-obatan, alat diagnostik, dan semprotan insektisida dari Bayer yang juga berfungsi untuk demam berdarah dan Zika.

Berdasarkan laporan The Guardian, meskipun bertahun-tahun telah diperingatkan bahwa virus corona jenis baru kemungkinan besar akan menyebabkan keadaan darurat kesehatan global, industri farmasi serta masyarakat pada umumnya tidak siap untuk pandemi covid-19.

GSK memimpin lima perusahaan teratas dengan perencanaan akses untuk menyediakan obat-obatan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Baca juga: Virus Nipah Diwaspadai Jadi Pandemi Baru, Gejalanya Bisa Sebabkan Koma 

Resistensi antimikroba, munculnya bakteri super yang resistan terhadap obat, sebagian karena kurangnya antibiotik di negara berpenghasilan rendah juga menimbulkan risiko yang serius.

"Dalam hal resistensi antimikroba (AMR), kami memiliki antibiotik yang masih berfungsi, tetapi waktu hampir habis untuk mengembangkan penggantinya," kata Iyer.

Ilustrasi virus nipah. (Foto: Prostooleh/Freepik)

"Tuberkulosis, yang dulunya kami pikir dapat diberantas, menyebar luas di beberapa komunitas karena jenis yang resistan terhadap berbagai obat," sambungnya.

Laporan yayasan memantau 20 perusahaan obat besar dan ketersediaan obat mereka untuk 82 penyakit di negara berpenghasilan rendah hingga menengah. Upaya perusahaan untuk mengembangkan obat baru terus berpusat pada beberapa penyakit, termasuk HIV/Aids, tuberkulosis, malaria, covid-19, dan kanker.

Baca juga: Prof Abdul Muthalib Pastikan Presiden Jokowi Disuntik Vaksin Sinovac 

Produsen obat Inggris GSK kembali menduduki puncak indeks. Sementara perusahaan AS Pfizer masuk lima besar untuk pertama kalinya di belakang GSK, Novartis, dan Johnson & Johnson.

Novartis adalah perusahaan pertama yang mengembangkan pendekatan sistematis untuk memastikan produk menjangkau negara-negara miskin yang menghadapi lebih dari 80 persen beban penyakit global lebih cepat.

Perusahaan terkemuka lainnya adalah AstraZeneca, GSK, Johnson & Johnson, Merck Jerman, Pfizer, Sanofi, dan Takeda. GSK mengembangkan rencana akses untuk semua proyek setelah hasil uji klinis menengah positif.

(Hantoro)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement