Dalam penelusuran sejarah, buruknya akses jalan di Dusun Pening bukan hanya terjadi sejak Indonesia merdeka. Bahkan sarana dan prasarana jalan menuju dusun itu juga tak pernah mendapatkan aspal dari pemerintahan Hindia Belanda.
Sebab, Pemerintah kolonial Hindia Belanda lebih memilih membangun jalur kereta pengangkut tebu dibanding menyediakan jalan beraspal bagi penduduk lokal.
Kala itu, Pening menjadi salah satu lokasi perkebunan tebu yang menjadi komoditas utama ekonomi masa kolonial melalui Pabrik Gula Tjepiring yang didirikan mulai 1835. Sejarah itu ditulis Leonie Van Daalen, seorang anak petinggi Pabrik Cepiring yang kini bermukim di Belanda. Artikel berjudul “Military In Tjepiring” itu ditulis pada tahun 1949, terbitan Javascript.
Pening bukan hanya lokasi perkebunan tebu, namun lokasi pantai juga strategis dan memiliki kontur tanah yang bagus untuk sistem pertahanan. Disebutkan, pantai tersebut dulunya merupakan tempat pendaratan pasukan Belanda. Sehingga pembangunan akses jalan tidak hanya untuk menunjang perekonomian dan wisata, tetapi sekaligus untuk pertahanan militer.
“Dari aspek pertahanan kalau kita membuat kontur pantai ini Itu pantainya landai jadi sangat cocok dalam strategi pertahanan militer, untuk daerah pendaratan (kapal). Daerah pertahanan pantai tersebut yang menyebabkan di situ memiliki nilai strategis pertahanan dan keamanan untuk menjaga keutuhan NKRI,” pungkasnya.
(Salman Mardira)