PERAYAAN besar Hari Raya Galungan yang dilakukan oleh umat Hindu setiap 210 hari atau 6 bulan dalam kalender Bali. Perayaan ini enjadi peringatan kesejahteraan serta kemenangan atas Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan).
Hari Raya Galungan diperingati sebagai bentuk dari rasa syukur kesejahteraan serta kemakmuran yang telah diberikan oleh Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Terdapat beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan disertai dengan upacara keagamaan lainnya.
Beberapa kegiatan dilakukan sejak sebelum hingga puncak Hari Raya Galungan menarik disimak. Berikut ini Okezone telah merangkumnya 7 rangkaian yang dilakukan pada perayaan Galungan, dilansir Okezone dari situs resmi Kabupaten Buleleng, Rabu (16/9/2020).
Tumpek Wariga
Prosesi Tumpek Wariga dilakukan 25 hari sebelum perayaan hari Galungan, tepatnya pada Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Wariga. Tumpek Wariga juga bisa disebut dengan Tumpek Bubuh, Tumpek Pengatag, ataupun Tumpek Pengarah. Persembahan ini ditujukan untuk Sang Hyang Sangkara yang merupakan perwujudan Tuhan sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan bagi Tumbuh-tumbuhan. Jadi Tumpek Wariga dijadikan sebagai bentuk rasa bersyukur dan wujud kasih cinta manusia kepada tumbuhan.
Dalam prosesi Tumpek Wariga atau Pengatag identik dengan penyajian sesajen dalam bentuk bubur sumsum (bubuh) yang berwarna. Nah adapun makna dibalik penggunaan beberapa warna pada bubuh, yaitu :
- Bubuh putih untuk umbi-umbian
- Bubuh bang untuk padang-padangan
- Bubuh gadang untuk pohon yang berkembangbiak secara generatif
- Bubuh kuning untuk pohon yang berkembangbiak secara vegetatif
Selain bubuh tersebut masih ada beberapa rangkaian lainnya, seperti menyirami pepohonan dengan air suci (tirta wangsuhpada), menaruh sajen bubuh dengan canang pesucian, sesayut tanem tuwuh, dan juga sasat di Pura.
Baca Juga: Bangga! Bali dan Lombok Jadi Pulau Terbaik Dunia 2020
Sugihan Jawa
Selanjutnya ada Sugihan Jawa yang dilaksanakan 6 hari sebelum hari besar Galungan atau setiap Kamis Wage wuku Sungsang. Terdiri dari 2 kata, yaitu Sugi yang berarti suci dan bersih, serta Jawa atau Jaba berarti luar. Jadi maksud dari Sugihan Jawa sendiri adalah sebagai bentuk pembersihan atau penyucian sesuatu yang berada di luar diri manusia. Misalnya saja seperti tempat ibadah, rumah yang ditinggali, dan lain sebagainya. Dalam prosesinya terdiri dari upara yang dinamakan dengan Mererebu atau Mererebon, guna menghilangkan hawa atau apapun yang bersangkutan dengan sifat negatif. Pada beberapa wilayah masyarakat akan memberikan sajen secukupnya atau adapun merayakannya dengan membuat babi guling. Semua yang dikumpulkan nantinya akan dibagi-bagikan kembali kepada masyarakat di sekitarnya.
Sugihan Bali
Kemudian keesokan harinya atau tepat 5 hari atau Jumat Kliwon wuku Sungsang sebelum Galungan dilanjutkan dengan Sugihan Bali. Pada Sugihan Bali terdapat makna dalam membersihkan diri manusia, baik jiwa maupun raganya sebelum melakukan peringatan Galungan tersebut.
Hari Penyekeban
Hari Minggunya atau 3 hari menuju Hari Raya Galungan, memasuki rangkaian Hari Penyekeban. Maksudnya adalah di mana manusia mengekang (nyekeb) dirinya dari nafsu (indriya). Nafsu yang diartikan adalah segala tindakan yang dilarang oleh agama.
Hari Penyajaan
Hari Penyajaan yang berlangsung 2 hari menuju Galungan, di mana umat Hindu diharuskan untuk memantapkan diri akan kesiapannya dalam menyambut Hari Raya Galungan. Seperti arti katanya yaitu Saja yang berarti serius. Menurut sejarah yang ada, pada hari tersebut sudah mulai datangnya Sang Bhuta Dungulan (menundukkan/mengalahkan).