Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tips Pola Asuh, Bijak Beri Konsekuensi kepada Anak

Pradita Ananda , Jurnalis-Minggu, 09 Februari 2020 |10:00 WIB
Tips Pola Asuh, Bijak Beri Konsekuensi kepada Anak
Ilustrasi (Foto : Shutterstock)
A
A
A

Sebagian orangtua mungkin masih menghukum anak saat dirasa tidak menuruti. Namun, bijakkah anak dihukum jika tidak menurut? Untuk menjawab itu, Okezone akan membahas pola asuh mengenai bijak memberikan konsekuensi kepada anak. 

Patut diketahui, saat ini kata ‘hukuman’ tidak diperkenankan lagi untuk digunakan dalam pola asuh anak. Dari ilmu psikologi, seperti dijelaskan oleh Sani Budiantini Hermawan, psikolog anak dan keluarga, tidak ada sebutan menghukum anak tapi lebih ke memberikan konsekuensi. Konsekuensi ini terbagi dua, ada konsekuensi positif dan konsekuensi negatif.

Konsekuensi positif misalnya dengan memberikan reward kepada anak saat melakukan hal-hal baik. Lalu konsekuensi negatif diberikan kepada anak saat melakukan pelanggaran atau melakukan sesuatu hal yang tidak baik.

“Konsekuensi ya, bahasanya bukan hukuman. Untuk yang negatif contoh sederhananya bisa kita ambil fasilitasnya, pengurangan waktu bermain, pengurangan uang jajan, atau pengurangan waktu bermain game. Tujuannya supaya anak belajar, tindakan dia ada konsekuensinya,” tutur Sani, saat dihubungi Okezone melalui sambungan telefon baru-baru ini.

Pola Asuh Anak

Selain membuat anak belajar sebab-akibat, pemberian konsekuensi bisa menjadi media agar mereka mengetahui nilai-nilai kehidupan. Namun, sebelum memberikan konsekuensi harus ada kesepakatan terlebih dahulu antara orangtua dengan anak mengenai apa hal yang dinilai benar dan salah.

“Ada kesepakatan dulu antara orangtua dan anak soal salah dan benar. Intinya konsekuensi ini yang tidak menyakiti fisik dan batin anak tapi tetap memberikan efek jera,” imbuhnya.

Lalu, kapan waktu yang tepat menerapkan pemberian konsekuensi?

Pemberian konsekuensi bisa diterapkan pada anak di usia sekolah. Sebab di usia ini, anak-anak sudah lebih bisa mencerna, diajak berkomunikasi dan diajak berpikir. Lain hal dengan balita atau batita, Sani menyarankan untuk memberikan penjelasan berulang-ulang agar secara perlahan mereka bisa mengerti.

(Helmi Ade Saputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement