 
                "Virus ini akan digunakan sebagai bahan kontrol positif untuk jaringan laboratorium kesehatan masyarakat Australia, dan kemudian dikirim ke laboratorium ahli yang bekerjasama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Eropa", tutur Julian Druce.
Sampel virus yang diciptakan kembali di Australia tersebut akan digunakan untuk menghasilkan tes antibodi. Hal ini akan memungkinkan deteksi virus pada pasien yang tidak menunjukkan gejala, serta berkontribusi pada pembuatan vaksin.
Perlu diketahui, virus yang dianggap mirip sekali dengan penyakit flu tersebut telah merebak di Wuhan, China pada akhir 2019. Kini telah menewaskan lebih dari 150 orang, serta menginfeksi lebih dari 6000 orang.
(Helmi Ade Saputra)