Menurutnya, para pemimpin itu bisa meyakinkan sedemikian rupa dengan cita-citanya, memanfaatkan simbol-simbol tertentu sehingga membentuk sebuah situasi hipotesa. "Itulah psikologi massa, sehingga orang akan dengan mudah percaya dengan apa yang dikemukakan,” jelas dia.
Buktinya, lanjut dia, adalah Sunda Empire yang tak rasional namun bisa menarik banyak peminat. "Tapi ketika dilakukan dalam situasi bersama-sama massa, maka menjadi dipercaya. Massa di kalangan bawah menjadi percaya kok simbol-simbol yang dibawa seakan-akan bener,” katanya.

Dia pun tidak sepenuhnya percaya bahwa kemiskinan yang membuat banyak orang tertarik ikut dalam keraton atau kerajaan buatan. Meski demikian, dia menyebut para pemimpin kerajaan tersebut mengalami kondisi post power syndrome.
“Banyak di antara mereka orang-orang tua dulu memiliki jabatan tertentu tak begitu tinggi, begitu pensiun di rumah tidak ada lagi yang bisa diperintah. Lalu mereka mencari eksistensi di luar," kata dia.