Indonesia adalah salah satu negara dengan beban penyakit tuberculosis (TB) tertinggi di dunia. Hampir satu juta orang terkena penyakit ini setiap tahunnya termasuk anak-anak. Sayangnya, penyakit TB pada anak-anak sulit terdeteksi hingga penanganannya sering kali terlambat.
Menurut Dr Vanessa Rouzier, cara mendiagnosa TB pada anak-anak tidak sama dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, untuk mendiagnosa terkena atau TB, mereka diminta untuk batuk hingga mengeluarkan lendir. Dari lendir itulah kemudian dianalisis untuk melihat penyakit.

Selain itu, gejala pada orang dewasa yang terkena TB lebih mudah dikenali seperti batuk lebih dari dua minggu dan berat badan menurun drastis.
"Pada bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun, ketika mereka batuk, susah disuruh buang lendir atau air liur. Mereka malah menelannya lagi. Selain itu, mereka sangat berisiko karena sistem imun tubuhnya masih lemah," ujar Dr Vanessa saat ditemui Okezone dalam konferensi media yang diselenggarakan oleh Stop TB Partnership, Selasa (10/12/2019), di Jakarta.
Dokter yang juga menjabat Chief of Pediatrics GHESKIO (Haitian Global Health Alliance) itu mengatakan, anak-anak yang lahir dari ibu memiliki penyakit TB risikonya sangat tinggi untuk tertular penyakit tersebut.