Demi mengumpulkan biaya pernikahannya, saat itu Pierre yang sudah berpangkat Letnan Satu tersebut rela bekerja sebagai sopir traktor untuk proyek pembangunan Monas demi mendapatkan uang tambahan. Tidak hanya itu, diketahui Pierre pun sudah sempat mencari informasi soal tempat tinggal di kawasan Menteng untuk ia huni bersama Rukmini saat sudah menikah nanti.
Namun takdir berkata lain, di malam terjadi pengepungan rumah Jenderal AH. Nasution pada 30 September 1965, Pierre yang sebetulnya sedang tidak bertugas tiba-tiba berinisiatif menghadapi pasukan Tjakrabirawa. Namun, akibat instruksi yang tidak jelas dan tidak mengenali wajah Jenderal AH.Nasution, pasukan Tjakrabirawa salah tangkap serta langsung membawa Pierre ke Lubang Buaya dan langsung mengeksekusi Pierre.

Kejadian tragis ini membuat rencana Rukmini untuk membangun rumah tangga hanya dalam waktu dua bulan lagi bersama Pierre, kekasih pujaan hati harus kandas. Siapa sangka, acara lamaran pada 31 Juli 1965 menjadi momen terakhir Rukmini bisa bertemu dan melihat Pierre dalam keadaan sehat walafiat.
Di hari perayaan Kesaktian Pancasila tahun 1967, Rukmini datang untuk mengenang sosok Pierre kekasih tercinta. Dipisahkan oleh maut, membuat Rukmini disebutkan membutuhkan waktu cukup lama sekitar lima tahun untuk bisa mengikhlaskan kepergian Kapten Pierre Tendean dan menjalani hidupnya kembali.
(Dinno Baskoro)