"Saya lihat investasi untuk pariwisata di Indonesia itu masih minim. Karena apa? Karena potensi wisata yang selama ini kita gaungkan hanya sekadar lip service atau political words semata. Belum ada yang tahu secara pasti karena memang belum dihitung atau diukur," kata Nicolaus.
"Di luar negeri, suatu kota baru bisa dikatakan kota sisata karena mereka sudah disertifikasi dan berhasil memenuhi index-index tertentu. Sekarang kita coba lihat di Indonesia, begitu mudahnya kita menobatkan suata daerah menjadi desa atau kota wisata, padahal potensinya sendiri masih abu-abu," tukasnya.
(Helmi Ade Saputra)