SEBAGAI negara demokrasi liberal, Amerika Serikat (AS) memang dikenal menjadi negara yang sangat bebas. Tidak heran jika berhubungan badan di luar nikah menjadi hal yang wajar diterapkan di sana.
Tapi siapa sangka, dari 3,3 juta anak perempuan dan perempuan di Amerika, hubungan badan pertama mereka terjadi bukan karena suka sama suka. Penelitian terbaru menyebut hal itu merupakan pengalaman yang traumatis.
"Seorang dokter praktik kemungkinan menjumpai beberapa pasien setiap minggu yang mengalami bentuk trauma ini," demikian menurut para penulis sebuah studi yang diterbitkan minggu ini di jurnal kedokteran JAMA Internal Medicine, seperti dilansir dari situ VOA Indonesia.

Para penulis mencatat "gerakan #MeToo telah menyoroti seberapa sering perempuan mengalami kekerasan seksual," tetapi tidak ada penelitian terbaru yang mengkaji prevalensi seks yang dipaksakan selama pengalaman seksual pertama anak perempuan dan perempuan atau konsekuensi kesehatannya.
Sementara 50 persen anak perempuan dan perempuan yang melaporkan dipaksa berhubungan seks mengatakan mereka dipaksa oleh seseorang yang lebih besar atau lebih tua. Separuh lebih menggambarkan tekanan secara verbal, dan 46 persen mengatakan mereka dibuat tidak berdaya.
Selain itu, sebanyak 22 persen perempuan melaporkan bahwa mereka dibius, 26 persen melaporkan mereka merasa terancam secara fisik atau tersakiti secara fisik sebanyak 25 persen. Rangkaian persamaan pelakunya adalah gender yang memiliki sedikit perbedaan sosial ekonomi atau ras.