"Produksi itu harus mencari material dll, dan itu susah banget di sini. Kalaupun ada yang jual paling hanya ada 1 - 2 toko, dan harganya malah dimonopoli mereka. Dampaknya, kita jadi susah berinovasi dan memproduksi barang dalam jumlah besar," ujar Franka.
"Kalau di Turki itu, sangat mudah menemukan toko konveksi atau toko material. Mau cari kancing, kain, atau bahan yang aneh-aneh itu gampang banget. Sementara kita pilihan materialnya sangat terbatas," timpalnya.
Mantan jurnalis yang kini berkecimpung dalam industri fashion itu juga sempat menyinggung masalah kualitas. Ia menilai, standard produk di Indonesia masih belum bisa dipetakan dengan jelas karena belum ada standardisasi.
Franka tidak memungkiri ada beberapa perusahaan garmen yang mampu memproduksi hingga ribuan busana, tapi tak sedikit pula, yang masih mengalami keterbatasan.