Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kolaborasi Filantropi Indonesia untuk Atasi Masalah Sampah hingga Isu Lingkungan Hidup

Dimas Andhika Fikri , Jurnalis-Rabu, 17 Juli 2019 |23:01 WIB
Kolaborasi Filantropi Indonesia untuk Atasi Masalah Sampah hingga Isu Lingkungan Hidup
Isu sampah dan lingkungan hidup (Foto: Engineers Journal
A
A
A

Menyadari bahwa diperlukannya mempromosikan aktivitas pengelolaan sampah yang cerdas maka Filantropi Indonesia, Dompet Dhuafa serta klaster Filantropi Lingkungan Hidup dan Konservasi menyelenggarakan Philanthropy Learning Forum ke-24 dengan tema terkait langkah serta aksi untuk upaya mengatasi masalah sampah di wilayah perkotaan.

Kegiatan ini yang diselenggarakan di Accelerice Indonesia Lantai 2 Ariobimo Sentral, Jakarta Selatan itu dihadiri 4 pembicara yang berasal Dompet Dhuafa, Yayasan Tzu Chi, Badan Amil Zakat (Baznas), dan Yayasan Keanekargaman Hayati (Kehati).

Bambang Suherman, Direktur Program Dompet Dhuafa Filantropi menyatakan bahwa Dompet Dhuafa berkomitmen dalam hal pengentasan masalah sampah sebagai upaya perbaikan lingkungan sekaligus mendorong tumbuhnya ekonomi sirkuler di masyarakat, terutama kaum dhuafa.

"Dompet Dhuafa melalui program Semesta Hijau mendukung upaya perbaikan di sektor lingkungan yang mampu mengangkat kemandirian dhuafa”, ujarnya.

 Pemilahan sampah

Sementara itu Yayasan Tzu Chi sedang mempromosikan zero waste lifestyle bagi masyarakat perkotaan dengan menerapkan prinsip hidup penuh berkah. Program pelestarian lingkungan mereka dimulai dari menggalakkan pemilahan sampah, daur ulang dan pemanfaatan limbah, dan menghargai energi.

Terkait program pelestarian lingkungan di perkotaan, salah satu program yang dimiliki Kehati adalah Bird Watching (BW) di Pantai Indah Kapuk (PIK), yang dikhusukan untuk rentang usia 16 – 35 tahun. Ada tiga alasan mengapa Kehati melakukan BW, yaitu BW bisa dilakukan dengan naked eye, Indonesia menjadi jalur perlintasan bagi migrasi burung, dan tujuan untuk menyediakan sumber informasi dan inspirasi pusat data ada di daerah perkotaan.

Organisasi lain seperti BAZNAS juga memiliki program mengatasi sampah di perkotaan salah satunya di Kota Bengkulu yang telah dipilih menjadi Kota SDGs pertama di Indonesia. Di sana BAZNAS melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program pengelolaan sampah menjadi biji plastik.

"Kami juga menjalankan program bank sampah di Tanjung Bira, Sulawesi Selatan. Tempat ini merupakan destinasi wisata kedua yang paling ramai dikunjungi wisatawan setelah Makassar," kata Randi Swandaru, Kepala Divisi Pendayagunaan BAZNAS.

Acara Philanthropy Learning Forum ke- 24 ini juga diisii dengan peluncuran klaster Filantropi Lingkungan Hidup dan Konservasi. Rizal Algamar, Country Director dari The Nature Conservacy (TNC) yang ditunjuk sebagai koordinator klaster tersebut menyatakan bahwa inisitif pembentukkan klaster tersebut untuk mendorong kolaborasi lintas sektor guna memfasilitasi program pelestarian lingkungan.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement