Penelitian Bahns dkk bukanlah satu-satunya yang meneliti teori “opposites attract“. Pada tahun 2014, Nathan Hudson and Chris Fraley juga meneliti apakah pasangan yang beda karakter lebih bahagia dan langgeng atau kebalikannya.
Mereka meneliti 174 pasangan, termasuk pasangan gay dan lesbian. Semua pasangan tersebut punya sifat dan karakter yang berseberangan satu sama lain. Lama hubungan setiap pasangan juga berbeda-beda; ada yang baru sebulan dan ada yang menginjak tahun ketujuh.
Para peneliti memberikan 5 jenis tes berbeda setiap 2 bulan sekali selama setahun, untuk menilai kepribadian diri sendiri dan pasangannya. Lima jenis tes itu menilai kecenderungan seseorang terhadap:
- Extraversion (kenyamanan berinteraksi dengan orang lain)
- Agreeableness (mudah setuju dan sepakat)
- Conscientiousness (berhati-hati membuat keputusan)
- Emotional stability (tenang, percaya diri; tidak gampang gelisah dan marah)
- Openness to experience (terbuka pada hal baru)

Hasilnya, pasangan yang sama-sama punya kepribadian agreeableness dan emotional stability lebih merasa bahagia menjalani hubungan mereka. Sementara pasangan yang beda karakter dan bertolak belakang tidak merasa demikian.
Misalnya, salah satu pihak kuat sisi extraversion-nya sementara yang satu lebih introvert, atau yang satu lebih cenderung spontan sementara satu lagi sangat conscientiousness.