Selama proses latihan, kesulitan yang dihadapi antara lain karena lokasi sekolah yang berbeda, yakni di Solo, Karanganyar, dan Sukoharjo. Sebelum menari bersama, mereka menari sendiri-sendiri terlebih dahulu. Setelah itu, baru digabungkan sepekan sebelum tampil.
Dalam proses ini, ketika bertemu komunitas baru rata-rata menjaga jarak dulu sehingga sebagai pelatih harus ngemong dulu, khususnya tunarungu karena sensitif sekali. Mereka harus didorong untuk tertarik dulu, yakni dengan memberikan gerak-gerak yang menarik.
“Mereka sangat antusias, tidak mau libur latihan,” tambahnya.
Sementara sebelum pembukaan dimulai, enam penari yang tampil 24 jam nonstop terlebih dahulu telah membawakan tariannya. Mereka adalah Abib Igal dari Kalimantan, Arbi Nuralamnsyah dari Bandung, I Nyoman Agus Triyuda dari Bali, Pulung Jati Rangga Muri dari Yogyakarta, serta Darmasti dan Sri Hadi dari ISI Solo. WDD sendiri diikuti 175 grup tari dari seluruh Indonesia, salah satunya Sanggar Panji Wiratama Jakarta.
(Helmi Ade Saputra)