Penampilan 28 penari difabel menjadi pembuka World Dance Day (WDD) 24 Jam Menari Ke-13 di Pendopo Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, kemarin.
Mereka membawakan tarian Kami Tak Berbeda di hadapan ratusan penonton yang menghadiri acara menyambut Hari Tari Sedunia itu. Para difabel yang tampil itu terdiri atas lima penyandang tunanetra, satu tunadaksa, dan sisanya tunarungu wicara.
Mereka membawakan karya ketiga Jonet Srikuncoro, salah satu staf pengajar Jurusan Tari ISI Solo. Karya pertama dengan siswa tuna rungu dengan tarian Aku Bisa. Kedua dengan siswa tunanetra, tarian Bel Tubuh. “Yang ketiga ini adalah gabungan antara Bel Tubuh dan Aku Bisa,” kata Jonet Sri kuncoro seusai pembukaan WDD di Kampus ISI Solo kemarin.
Acara WDD tersebut dibuka oleh Staf Khusus Kantor Staf Kepresidenan Laksda TNI (Purn) Leonardi, dan dihadiri Plt Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial (Kemensos) Kanya Eka Santi. Hadir pula dalam kesempatan itu Kaka, vokalis grup band Slank.
Persiapan tampil siswa difabel dari SLB Negeri Cangakan Karanganyar, SLB Hamongputro Sukoharjo, dan SLB Insani Yayasan Bina Asih Solo itu membutuhkan tiga bulan persiapan dengan metode latihan berbeda antara tuna rungu dan netra. “Kalau tunarungu, dia menirukan geraan saya. Namun, saya memancing para siswa beraktivitas tak terbelenggu dengan geraknya,” ujarnya.
Sementara untuk tunanetra harus menyentuh badan mengenai gerakannya, sembari memberi kepercayaan diri untuk bergerak. Tarian Kami Tak Berbeda misalnya, membawa pesan bahwa mereka sama dan jangan dibeda-bedakan. Mereka juga bisa menari dan berekspresi.