Kenapa menjadi makanan penutup pokok? Sebab nyatanya makanan penutup istimewa ini bisa dinikmati di 10 negara Asia Tenggara. Dari Vietnam, Kamboja, Myanmar, Thailand, hingga kota-kota Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, dan bahkan Timor-Leste, yang mana dihadirkan dalam berbagai bentuk dan variasi. Jadi intinya, tidak ada cara yang salah dan benar untuk menikmati cendol. Anda bisa memilih untuk meminumnya dalam gelas melalui sedotan atau memakannya dalam mangkuk. Bebas saja!
3. Klasik :
Merunut catatan sejarah Indonesia, cendol pertama kali disebutkan dalam naskah Kresnayana, yang berasal dari Kerajaan Kediri abad ke-12, di Jawa dengan sebutan nama Dawet. Alih-alih es yang dihancurkan, nah dawet ini disajikan sebagai minuman. Di dalamnya ada jeli beras berwarna hijau. Dalam tradisi budaya Jawa, minuman ini berperan penting dalam pernikahan melalui upacara Dodol Dawet. Acara prosesi adat ini diadakan sehari sebelum pernikahan ketika orang tua pengantin wanita akan menjual minuman dawet kepada tamu dan kerabat. Para tamu kemudian akan membayar orang tua dengan koin terakota, melambangkan penghasilan bagi keluarga. Kepercayaan menyebutkan, bahwa semakin banyak dawet terjual, semakin banyak tamu yang akan menghadiri pernikahan nantinya. Sedangkan dalam catatan sejarah budaya Malaysia, kata cendol pertama kali disebutkan pada tahun 1932 di Proyek Konkordansi Melayu (Malay Concordance Project ) yang telah mencantumkan makanan yang tersedia di Kuala Lumpur saat itu.