Menurut Psikolog Karina, bahasa ibu yang diajarkan ke anak bebas, asal konsisten. Jadi, jangan dicampur bahasanya dalam satu kalimat.
"Misalnya gini, I mau eat. Tidak boleh begitu. Lebih baik, saya mau makan atau I wanna eat sekalian. Ini dilakukan agar terbentuk kemampuan bahasa yang spesifik dan memiliki makna yang dalam untuk si anak. Anda mesti ingat, bahasa itu berkaitan dengan emosi," papar Karina.
Karena itu, konsistensi bahasa memudahkan anak untuk mendalami makna dari bahasa tersebut. Sehingga nantinya mudah mengenali emosinya dan mengekspresikan dirinya.
Bahasa di rumah satu saja dan konsisten, baik ayah dan ibu sepakat menggunakan bahasa yang sama. Tapi, perlu dicermati, jika bahasa di rumah berbeda dengan sekolah, anak perlu dikuatkan agar bisa memahami pelajaran di sekolah.
"Jika memutuskan untuk menggunakan kedua bahasa di rumah, perlu memperhatikan agar tidak mencampurkan kedua bahasa dalam satu kalimat. Sekali lagi, jangan campur-campur bahasa," terangnya.
Lebih lanjut, Psikolog Karina menambahkan, semakin sering si anak diajak berkomunikasi, mereka akan semakin lancar dan lebih mudah memaknai kata-kata dalam bahasa tersebut. "Jadi, harus sering diajak bicara dan diskusi, sehingga kemampuan bahasa anak semakin terasah," singkatmya.