Hal ini menurut Diana menimbulkan perilaku yang diulang dan pada akhirnya menjadi 'budaya' turun temurun. Padahal jika dilihat, banyak perilaku yang menyertai corat-coret baju ini, seperti konvoi dan ugal-ugalan di jalan raya yang tidak jarang menyebabkan kecelakaan.
Bahkan tidak jarang juga disertai tindakan asusila, spt merobek baju siswa perempuan hingga terlihat auratnya atau malah melakukan hubungan intim bagi pasangan remaja. Pemaknaan kebebasan dan ekspresinya yang menjadi budaya turun temurun di sini tentu sudah berlebihan dan sangat tidak sesuai dengan kaidah yang kita percaya.

Terlihat di sini, moral yang ada bisa jadi tidak tertanam dengan baik atau dipersepsi salah, di mana menurut Chaplin (2006), moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yg mengatur tingkah laku.
"Jika terus dibiarkan, maka tidak heran jika perilaku para remaja tersebut menggambarkan rendahnya nilai moral yang dimiliki, karena menganggap perilaku tersebut wajar-wajar saja untuk dilakukan dan sudah menjadi 'warisan' dalam merayakan kelulusan," tegas Diana.