WASTRA atau kain tradisional merupakan salah satu produk budaya Indonesia yang memiliki nilai tinggi. Selain digunakan sebagai pakaian sehari-hari, wastra Nusantara juga dapat dijadikan alat diplomasi yang ampuh untuk mempererat hubungan bilateral.
Potensi ini sebetulnya sudah dipahami dengan baik oleh pemerintah. Buktinya, produk wastra Nusantara seperti Batik kerap digunakan dalam berbagai acara bertaraf internasional. Seperti yang baru saja dilakukan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin, Jerman.
KBRI Jerman mengajak siswa kelas empat SD Bornholmer Grundschule Pankow, untuk merasakan langsung seperti apa sensasi membatik di atas sebuah sapu tangan. Ya, keseruan membatik sebetulnya tidak hanya dirasakan oleh orang-orang dewasa, anak-anak juga bisa menggunakan kegiatan ini untuk mengembangkan kreativitas mereka.
Nah, untuk kegiatan membatik kali ini, KBRI Berlin menghadirkan dua instruktur batik profesional yang diundang langsung dari Indonesia, yaitu Muhamad Nauval dari Sanggar Batik Komar dan Epi Gunawan dari Barli Art Studio.
Dua jenis teknik membatik dipraktikan pada kegiatan tersebut, yaitu batik jumputan dan batik dengan menggunakan canting. Para siswa yang berusia sekitar 9 – 11 tahun tampak sangat antusias. Bagi mereka kegiatan ini dianggap lebih seru dari sekadar menggambar dan mewarnai yang selama ini mereka lakukan.
Hasil karya mereka terlihat lebih nyata yakni berupa selembar sapu tangan. Karya tersebut akan mereka simpan dan banggakan kepada orang tua mereka.
“Nanti kalian bisa tunjukkan dan ceritakan sama orang tua kalian. Ini sapu tangan hasil karya saya. Namanya batik, asalnya dari Indonesia. Kalau masih penasaran, kalian bisa ajak orang tua kalian untuk ke Indonesia untuk melihat lebih banyak lagi karya-karya batik yang unik dan menarik“, demikian ungkap Sartika Oegroseno, istri Dubes RI untuk Jerman, kepada para siswa, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Okezone, Jumat (22/3/2019).
Baca Juga : 6 Jenis Air yang Harus Kamu Ketahui, Hati-Hati Sebelum Minum
Wanita yang akrab disapa Ibu Titi itu juga mengingatkan para siswa untuk terus mengembangkan imajinasi dan kreatifitas mereka. Mengenali berbagai budaya, terutama yang berbeda dari budaya yang mereka ketahui, menjadi inspirasi untuk memperkaya imajinasi mereka.
“Siswa seusia mereka ini memiliki memori yang sangat kuat. Untuk itu kita berharap melalui kegiatan ini, kata Batik dan Indonesia akan terus tertanam dalam ingatan mereka,“ tambah Ibu Titi.