“Waktu saya masuk kuliah sekitar tahun 1992-1993, ‘kan ada ospek tuh suruh bikin tas dari karung goni. Ide awalnya dari situ, dari tas ospek,” terang Bimo.
Sama seperti pengusaha pada umumnya, pria kelahiran 6 Februari 1974 itu sempat tertatih-tatih mengembangkan bisnisnya. “Mulanya tidak ada yang tertarik, saya jual tas di pameran tidak laku, jadi cuma ikut-ikutan jualan saja. Mulai berkembang karena ada teman yang tas goninya rusak terus minta saya betulkan. Saya jajal terus bisa dan mulai diketahui orang dari cerita mulut ke mulut,” ucap Bimo.
Selain itu, ketekunannya mengikuti pameran karena diajak teman membuat barang kerajinannya mulai dilirik para pembeli. Bahkan Bimo juga menaruh produknya di Mirota Batik dan berjualan melalui marketplace. “Dari situ mulai ramai,” imbuhnya.
Meski begitu, Bimo mengatakan bila dia tidak memiliki target tertentu untuk membuat barang kerajinan dari karung goni. Dirinya baru membuat jika timbul keinginan, bila tidak, maka produksinya terhenti sementara. Terlebih, dia hanya dibantu oleh keluarga yaitu istri dan kedua anaknya.
“Kami bagi-bagi tugas. Anak saya yang besar mencuci karung goni karena kotor ‘kan, lalu saya menjahit, istri saya memasang kacing dan aksesoris. Anak saya yang kecil membuat label produk,” tutur Bimo.