Menurut Sri Mustika dari Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta dalam karya berjudul "Upaya Pelestarian Batik Rifaiyah", merinci 24 motif khas batik rifaiyah yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Corak tersebut terdiri atas: "pelo ati", "kotak kitir", "banji", "sigar kupat", "lancur","tambal", "kawung ndog", "kawung jenggot", "dlorong", "materos satrio", "ila ili", "gemblong sairis", "dapel", "nyah pratin', "romo gendong", "jeruk no'i", "keongan", "krokotan", "liris", "klasem", "kluwungan", "jamblang", "gendaghan" dan "wagean".
Ia menyebut motif-motif ini ada yang mengandung makna spiritualitas. Misalnya, motif "pelo ati" (ampela dan hati ayam) menggambarkan ajaran sufisme bahwa hati mengandung sifat-sifat terpuji.
Menurut kitab "Tarujumah" susunan Kiai Rifai, di dalam hati terdapat delapan sifat kebaikan, yaitu zuhud (tidak mementingkan keduniawian), qana'at (merasa cukup atas karuniaNya), shabar (sabar), tawakal (berserah diri kepadaNya), mujahadah (bersungguh-sungguh), ridla (rela), syukur, dan ikhlas. Semua sifat ini mengandung makna kahauf (takut), mahabbah (rasa cinta), dan makrifat (perenungan kepada Allah).
Ampela menggambarkan tempat kotoran, yaitu sifat-sifat buruk manusia sebagaimana terdapat dalam kitab "Tarajumah", yaitu hubbu al-dunya (mencintai dunia yang disangka mulia namun di akhirat sia-sia), thama' (rakus), itba' al-hawa (mengikuti hawa nafsu), 'ujub (suka mengagumi diri sendiri), riya (suka dipuji), takabur (sombong), hasad (dengki) dan sum'ah (suka membicarakan amal kebajikannya pada orang).
Semua sifat tercela dan kotor ini harus dibuang jauh-jauh. Dengan mengenakan kain bermotif "pelo ati". Tembus mancanegara Meski ada ancaman penurunan peminat perajin, namun menurut Utin, karya batik rifaiyah itu sudah menembus pasar mancanegara.
"Singapura, Laos dan Jepang, adalah negara-negara di mana batik rifaiyah ini telah diakses di luar negeri," katanya. Kisaran harga batik itu sekira Rp350 ribu untuk yang termurah hingga Rp3,5 juta untuk termahal.
"Membuat batik tulis memerlukan waktu dan proses tidak singkat, bisa mencapai tiga hingga enam bulan untuk satu karya," katanya memberi penjelasan korelasi harga dan lamanya waktu pembuatan.
Ia mengaku dukungan pemerintah, baik pusat dan daerah, sangat membantu geliat karya-karya batik tulis rifaiyah itu terus bertahan dan berkembang. Ketika masih bernama Kemenparekraf dan kemudian lahir Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), dukungan terus mengalir, baik melalui pelatihan maupun promosi.
Utin juga menyebut kebijakan Bupati Batang Wihaji, yang mewajibkan semua pegawai negeri sipil (PNS) memakai batik setiap tanggal 8 sangat mendukung apresiasi atas karya-karya batik, tidak saja rifaiyah, namun corak lainnya di daerah itu.
"Batik rifaiyah merupakan salah satu kerajinan batik yang menggunakan warna alam yang kelihatan lusuh dan lawas. Akan tetapi produk batik ini menjadi ciri khas warna alam yang di buat dengan penuh cinta sehingga banyak diminati orang luar negeri," katanya akhir 2017.
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Batang Wahyu Budi Santoso menyatakan bahwa pihaknya mendukung karya-karya batik khas daerah itu, melalui bantuan promosi dan lainnya.
Terjaganya warisan budaya luhur seperti batik rifaiyah, namun di saat sama juga terancam berkurang dan bahkan bisa punah dengan menurunnya peminat perajin generasi penerus, membutuhkan sinergi bersama, sehingga tidak ada lagi kisah sedih hilangnya salah satu budaya khas bangsa.
(Dinno Baskoro)