SONGKET sasak subahnale jadi ciri khas wastra dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Masyarakat Desa Sade masih melestarikan dan membuat tenun itu, khususnya kaum wanita.
Masyarakat Suku Sasak punya peninggalan wastra dari nenek moyangnya yang kini masih dijaga. Saat berkunjung ke Desa Sade, perempuan yang menginjak di sana mulai mengenal teknik membuat songket.
Ada makna yang besar ketika kaum perempuan harus bisa menenun saat beranjak dewasa. Perempuan harus sudah mandiri dalam menghadapi hidupnya. Apalagi syarat untuk wanita yang boleh menikah harus bisa membuat kain songket.
Dalam Suku Sasak, perempuan harus bisa membuat songket karena bisa membantu menopang hidup keluarganya kelak. Saat menikah, pasti perempuan harus membantu mencari pendapatan, selain suaminya yang bertani.
Salah satunya pengrajin songket Sasak, Inak Miye, lebih dari 30 tahun dia membuat songket subahnale di halaman rumahnya. Khas dari songket subahnale yakni menggunakan benang hitam yang menghasilkan kain indah. Tapi saat ini, kain itu menggunakan benanr warna-warni yang terlihat cantik. Dalam kepercayaan masyarakat Sasak, kain songket biasa dipakai untuk prosesi pernikahan.