Tapi, ilmuwan menegaskan sekali lagi, jika memang label itu bermanfaat, apakah orang-orang menggunakannya?
Setidaknya ada tiga analisis penelitian yang mengatakan bahwa tidak ada bukti pasti yang mengarah pada menu berkalori rendah dipilih konsumen. Beberapa ilmuwan merasa penelitian tersebut menunjukkan kebijakan tersebut gagal.
"Pelabelan menu mungkin bukan resep yang tepat," kata profesor medis Universitas Indiana Dr. Aaron Campbell menulis di The New York Times pada tahun 2015.
Tapi beberapa penelitian individual telah menemukan efek. Beberapa penelitian profesor bisnis Stanford University menyatakan lebih dari 100 juta pembelian Starbucks menemukan bahwa postingan menu dengan label jumlah kalori memangkas pesanan pelanggan rata-rata 6 persen, dari 247 menjadi 232.
Namun, sekali lagi, belum ada penelitian lebih lanjut menunjukan keefektivan label kalori di menu makanan. Yang perlu dicatat, mungkin pemahaman gaya hidup sehat harus lebih digalakkan semua masyarakat. Informasi kalori di menu makanan bermaksud baik untuk menjaga asupan makanan Anda setiap harinya.
(Helmi Ade Saputra)