PERJUANGAN melawan hawa dingin dan jalan terjal menanjak yang membuat kaki berat untuk diayunkan, akhirnya berbuah hasil. Tim ekspedisi Okezone terharu dan sujud syukur setelah berhasil menggapai puncak Indrapura Gunung Kerinci di ketinggian 3.805 mdpl. Momen ini juga sekaligus untuk merayakan hari sumpah pemuda yang jatuh pada 28 Oktober, dengan aksi nyata "Pungut Sampahmu".
Jumat 21 Oktober 2016, tim ekspedisi yang berjumlah 9 dengan didampingi dua orang guide, harus melawan hawa dingin yang membuat kaki dan badan enggan melangkah. Ya puncak Kerinci sudah di depan mata, namun perjuangan tim belum lah usai. Tepatnya pukul 03.00 pagi tim berangkat untuk summit, kami sengaja menginap di shelter 3, dimana lokasi pos tersebut sudah berada di ketinggian 3.300 mdpl. Bagi dua guide, mungkin menginap di ketinggian ini sudah biasa, tapi bagi kami bersembilan, ini pengalaman luar biasa.
Pakde Lan dan Sugi, dua guide kami, bergegas memanaskan air dan memasak, sementara kami sibuk mempersiapkan peralatan menuju puncak. "Senter aman? jangan lupa kepala dipakai penutup supaya tidak pusing," teriak Renny, salah satu peserta Ekspedisi Okezone Gunung Kerinci dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda.
Setelah lebih dari satu jam bersiap-siap termasuk mengisi perut agar bertenaga dan tidak kelaparan di perjalanan, kami akhirnya menuju puncak tepat pukul 03.00 WIB. Berdoa mengawali perjalanan kami. Pakde Lan memperkirakan, kami akan sampai ke Puncak Indrapura pada tiga jam ke depan. Rasa deg-degan dan takut sempat menghantui kami menuju puncak. Hati kecil kami bertanya, akankah kami sanggup sampai puncak?, Bagaimana jika saya dan tim bernasib sama dengan almarhum Yuda Sentika, pendaki yang tewas saat menuju puncak Kerinci.
Langkah demi langkah kami lalui menuju puncak dengan tingkat kecuraman 60 derajat. Puji syukur saat itu cuaca cerah. Langit tampak sangat cantik dengan hiasan bintang-bintang dan bulan yang bersinar terang. Juga tidak ada kabut yang menutupi permukiman di bawah sana. Jadi kami dengan leluasa menyaksikan indahnya gemerlapan lampu dari rumah-rumah penduduk yang terlihat rapat, dari ketinggian Gunung Kerinci.
Sekira satu jam berjalan, cakrawala sebelah timur mulai memerah. Matahari segera muncul. Danau Gunung Tujuh yang tadinya terlihat samar, pelan-pelan tampak jelas. Kami memutuskan berhenti sejenak, menyaksikan betapa indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini.
Perkirakan Pakde Lan meleset. Tim sampai di Puncak Indrapura hampir lima jam setelah melalui medan terjal dan berbatu. Belum lagi kabut turun dan asap dari gunung Kerinci yang membuat sesak dan mual di perut. Oksigen yang menipis membuat fisik masing-masing tim drop, namun dengan tekad kami yang bulat, rintangan itu berhasil kami lalui.
Kami dan tim melangkahkan kaki pertama di puncak Indrapura, haru tak terkira setelah kami berhasil mencapai puncak Gunung Kerinci atau biasa disebut Gunung Gadang. Kami langsung berpelukan, sujud syukur, juga menangis. Terbayang beratnya medan yang sudah dilalui dari bawah sana hingga Puncak Indrapura, puncak gunung api tertinggi di Indonesia.
Tim yang terdiri dari Hantoro, Danang Kurniawan, Ade Fikri, Christine Hermelina, Risna Nur Rahayu, Hanna Malau, Resha Novianto, Erika Kurnia, serta Renny Sundayani langsung membentuk formasi, membentangkan bendera ekspedisi Okezone dan meneriakkan isi Sumpah Pemuda. Bertumpah darah satu, Tanah Air Indonesia. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, serta menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Dahulu, pemuda dari berbagai organisasi memutuskan bersatu untuk memerdekakan negara ini dari penjajah. Semoga kita sebagai pemuda era ini, bisa menjaga kemerdekaan itu dengan melakukan hal-hal positif. Salah satunya, tidak meninggalkan sampah di gunung.
Sekira 20 menit kami terus menganggumi dan mengamati betapa indahnya ciptaan Tuhan di puncak Indrapura. Tak lupa kami pun mengabadikan momen di puncak Indrapura. Sayangnya bau belerang yang menyengat, dan kabut yang mulai menyelimuti puncak, membuat kami harus bergegas turun dari puncak. Satu hal yang kami ambil dari perjalanan ekspedisi ini adalah jangan pernah menyerah dengan keadaan sesulit apapun. Karena seberat jalan hidup yang terjal yang pernah dilalui, jika kita sabar maka akan berbuah hasil.
(Renny Sundayani)