Begitu tiba di pelabuhan Pulo Nasi kita langsung bisa menikmati panorama teluk Lamteng dengan air biru jernih hingga terlihat ikan-ikan kecil berenang di atas pasir putih di dasarnya. Bebukitan hijau melengkung mengitari dermaga.
Berjalan 10 menit dengan sepeda motor dari sana, terdapat Pantai Deumit, yang berpasir putih dipadu batu-batu karang serta pepohonan hijau. Alam bawah lautnya siap memanjangan pecinta diving dan snorkeling.
Jika cuaca bagus, anda bisa menikmati suasana matahari terbit (sunrise) di sini dengan latar pegunungan Seulawah yang berada di seberangnya.
Potensi wisata lain yang bisa dinikmati di Pulo Nasi adalah Pantai Deudap, Pantai Nipah, Pantai Alue Riyueng, Pantai Mata Ie, serta bangunan mercusuar peninggalan kolonial Belanda yang masih aktiv memantau lalu lintas laut di ujung pulau.
Untuk mencapai pantai-pantai itu harus melewati jalanan penuh tanjakan dan turunan. Sebagian jalan sudah beraspal. Sepanjang perjalanan kita disuguhkan pemandangan memukau.
Sementara di Pulo Breuh, setengah jam pelayaran dari Pulo Nasi, kita juga bisa menikmati aneka panorama alam mulai dari Ulee Paya yang memiliki pantai berpasir putih dan bersandar boat-boat nelayan. Letaknya tak jauh dari pelabuhan Lampuyang, Ibu Kota Kecamatan Pulo Aceh.
Sepanjanh jalan utama Pulo Breuh hingga ke Meulingge, desa paling ujung pulau itu, bertabur objek-objek menarik.
Dari atas jalan kita bisa melihat misalnya Pantai Baluh, yang melengkung di kaki bebukitan dengan pasir putih dan laut biru kehijau-hijauan berpendar-pendar di sengat mentari.
Pantai ini sebanrnya sudah pernah dibangun beberapa koteks beberapa tahun lalu, namun kini terbengkalai dan sudah tertutup semak belukar akibat tak terurus. Pantai ini juga sering disinggahi penyu. Tak ada permukiman warga di sekitar pantai ini.