Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Alasan Remaja Paling Susah Diajak Liburan Keluarga

Evi Elfira , Jurnalis-Senin, 05 Januari 2015 |22:37 WIB
Alasan Remaja Paling Susah Diajak Liburan Keluarga
Remaja lebih suka liburan bersama teman (Foto: Wikihow)
A
A
A

MENGINJAK remaja, anak sering sulit diajak berlibur bersama. Mereka biasanya lebih memilih menghabiskan waktu bersama teman-teman.

Kondisi ini rupanya dinilai wajar oleh psikolog anak dan keluarga, Roslina Verauli, M. Psi. Menurutnya, remaja mulai mengalami fase untuk memiliki ruang pribadi sehingga lebih jarang ingin berkumpul bersama keluarga.

“Mereka mulai mengembangkan diri secara sosial dan memang sudah fasenya juga. Jadi saat dewasa orang kan sudah memiliki lingkar kehidupan pribadi. Ini masa transisinya remaja menuju kedewasaan. Tapi, orangtua jangan khawatir tentang itu,” jelasnya kepada Okezone melalui sambungan telefon, Senin (5/1/2015).

Kendati demikian, bukan berarti remaja tidak ingin lagi berkumpul bersama keluarga. Roslina memaparkan, remaja juga menikmati bepergian bersama orangtua. Namun, kadarnya lebih jarang. Mereka lebih menikmati waktu bersama keluarga ataupun waktu untuk mengembangkan kemampuan dirinya.

“Intinya itu remaja mulai mengurangi frekuensi kebersamaan dengan orangtua atau keluarga. Jadi mengurangi, untuk lebih ke diri sendiri maksudnya ke pengembangan diri si anak. Caranya itu ada yang yang melakukan kegiatan minatnya sehingga mengurangi frekuensi bersama keluarganya. Dia ingin membuktikan tentang ke’aku’annya, bahwa dia bisa me-manage dirinya sendiri,” imbuhnya.

Untuk masalah kapan orangtua bisa yakin melepas anak bersama teman-temannya, bergantung kepada profil keluarga masing-masing. Vera menambahkan bahwa setiap keluarga memiliki takaran sendiri terhadap waktu menghabiskan liburan.

“Ada takaran destinasinya yang ke luar negeri, lokal atau daerah sekitar cuma pergi nonton bareng, itu tergantung bagaimana keluarganya mengizinkannya sejauh mana. Kalau lepas keluar kota, kita cari tahu kemana dulu, ke rumah sahabat atau bagaimana. Karena aspek keselamatan anak itu penting, naik apa bagaimana itu penting. Maka ada trialnya, misalkan anak pada usia tertentu di sekolahnya ikut study tour, sebenarnya itu sudah cukup dengan mengetahui itinerary anak,” timpalnya.

Jika anak memang sudah terbiasa mandiri, seperti ke sekolah naik kendaraan umum, ketika pergi bersama teman-temannya, maka dia akan baik-baik saja. Namun kondisi ini berbeda dengan anak yang sehari-harinya ke sekolah diantar oleh supir.

“Saat usia sekolah kalau kita lihat anak-anak SD kadang-kadang suka main sama-sama. Kalau remaja mereka lebih sering untuk main bersama teman-temannya. Kalau dilepas sama orangtua itu tidak apa-apa ketika orangtua memahami anaknya sendiri. Tahu apa hobi anaknya, siapa teman-temannya, sehingga kalau memang komunikasi antara orangtua dan anak adalah trusty, terbuka satu sama lain, tidak ada masalah. Anaknya akan cerita tentang kehidupannya, teman-temannya itu tidak masalah,” papar Vera.

Tidak hanya itu, untuk bisa melepas anak berlibur tanpa keluarga, orangtua harus tetap menjaga komunikasi. Bahkan seharipun, imbuh Vera, orangtua tidak boleh putus kontak dengan anak.

“Komunikasi juga menjadi bagian yang penting, misalnya anak terbuka biasanya dia report ke orangtua, ‘Ma, sudah sampai di sini ya’ misalnya begitu. Orangtua juga harus bisa mengetahui siapa orang yang bersama anaknya, jadi cuma bukan si anak tapi orang-orang yang ikut bersama sang anak,” ujar Vera.

Selain keterbukaan anak dan orangtua, orangtua juga perlu memahami ruang kehidupan sang anak. Memahami anak dalam arti mengerti bagaimana profil anaknya seperti apa, orangtua juga dapat mengenal profil anak melalui teman-temannya. Apakah anaknya cukup mandiri untuk bisa dipercaya atau tidak dilepas.

“Jadi kalau diurutkan apa saja yang perlu dipertimbangkan orangtua saat anak ingin berlibur bersama keluarga adalah pertama, orangtua perlu mengetahui profil sang anak. Kedua, orangtua juga perlu mengetahui itinerary atau rencana perjalanan anak. Dan, yang terakhir dan terpenting adalah komunikasi, jangan sampai hilang kontak dengan anak,” simpul Roslina.

(Ainun Fika Muftiarini)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement