Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Standar Nafkah Kiki Amalia Terlalu Tinggi, Wajar Kok

K. Wahyu Utami , Jurnalis-Senin, 17 Desember 2012 |19:45 WIB
Standar Nafkah Kiki Amalia Terlalu Tinggi, Wajar <i>Kok</i>
Kiki Amalia dan Markus (Foto: Google)
A
A
A

USIA pernikahan mereka bisa dibilang masih seumur jagung, namun perceraian keduanya tidak dapat terhindarkan. Isu yang santer terdengar, perekonomian memicu retaknya rumah tangga yang mereka bina.

Perekonomian menjadi hal penting bagi pasangan rumah tangga untuk menjalin keutuhan. Tak ditampik, kebutuhan hidup di metropolitan yang tinggi memaksa seseorang memiliki standar tertentu dalam hidupnya. Apalagi, profesi figur publik yang membuatnya jadi sorotan kerap dikelilingi dengan berbagai kebutuhan mewah berharga puluhan juta. Dengan tuntutan tersebut, wajar saja jika istri menuntut nafkah tinggi pada sang suami.

Hal itulah yang tengah dirasakan Kiki Amalia-Markus Horison. Kabar perceraian keduanya yang beredar luar disebabkan karena standar nafkah Kiki yang mematok angka terlalu tinggi yakni Rp30 juta per bulan. Dengan kondisi tersebut, jalinan cinta yang dibina dua tahun pun terancam kandas.

Psikolog dan Dosen Muda Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Bandung, Fredrick Dermawan Purba MPsi mengatakan bahwa masalah perekonomian keluarga memang berpengaruh besar terjadinya konflik rumah tangga.

“Karena di setiap tahapan keluarga, faktor ekonomi paling berpengaruh, dan itu juga bisa dirasakan saat anak memasuki usia remaja. Kebutuhan tiap orangtua atau pasangan suami-istri memang bervariatif, ya ekonomi merupakan salah satu faktor perceraian pasutri,” jelasnya saat berbincang dengan Okezone via sambungan telefon, Senin (17/12/2012).

Selain itu, gaya hidup tiap pasangan tentunya memiliki perbedaan masing-masing dan dibutuhkan pengertian satu sama lain. Karena, gaya hidup pasutri memengaruhi mereka dalam menjalani kesehariaannya, terlebih jika pasangan tersebut tergolong pasangan baru menikah sehingga membutuhkan penyesuaian yang intensif.

“Biasanya, kebiasaan gaya hidup semasa lajang masih belum dapat dihilangkan saat sudah berkeluarga. Terlebih lagi bagi mereka yang baru menikah, godaan untuk saling menyesuaikan diri pun dibutuhkan dan itu sebabnya salah satu menjadi faktor perceraian itu terjadi,” tutupnya. (ind)

(Tuty Ocktaviany)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement