JAKARTA - Tidak semua orang bersenang-senang di akhir tahun. Pada profesi tertentu, akhir tahun justru penuh tekanan.
Akhir tahun, ternyata banyak yang mengalami tekanan pekerjaan, baik karena deadline tutup buku maupun tutup tahun. Namun, Dr. Sumaryono, M.Si., pakar Psikologi Industri dan Organisasi, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada (UGM) menyinggung banyak yang salah kaprah dalam mendefiniskan stres, burnout dan depresi. Padahal kondisi ketiganya adalah berbeda.
Menurutnya, tidak semua kelelahan psikologis dapat serta-merta disebut burnout. Penting untuk memahami perbedaan antara stres, burnout, dan depresi agar dapat merespons dengan tepat dan proporsional. Apa perbedaannya? Berikut ini penjelasannya seperti dikutip dari laman UGM, Senin (29/12/2025).
1. Stres
Stres merupakan respons psikologis terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi seseorang, seperti tenggat waktu, target kerja, atau beban akademik. Stres bersifat umum dan masih dalam batas adaptif.
Ciri-ciri utama:
- Tekanan bersifat sementara
- Keluhan fisik ringan seperti sakit kepala atau pusing
- Masih mampu menjalankan aktivitas sehari-hari
- Dapat mereda ketika tekanan berkurang atau setelah istirahat
- Bisa menjadi proses adaptif jika individu menemukan makna dalam pekerjaannya
2. Burnout
Burnout adalah kondisi kelelahan yang lebih berat dan menyeluruh, mencakup kelelahan fisik, emosional, dan mental secara bersamaan. Burnout bukan sekadar stres biasa dan terjadi akibat tekanan berkepanjangan tanpa pemulihan yang memadai.
Ciri-ciri utama:
- Kelelahan fisik, emosional, dan mental yang mendalam
- Rasa tidak berdaya dan kehilangan motivasi
- Merasa tidak mampu melakukan aktivitas, termasuk aktivitas sehari-hari
- Energi sangat terkuras dan sulit pulih meski sudah beristirahat
- Mengganggu fungsi kerja maupun akademik secara signifikan
3. Depresi
Depresi merupakan gangguan psikologis yang telah masuk ke ranah klinis dan memerlukan penanganan profesional. Kondisi ini lebih serius dibanding stres dan burnout.
Ciri-ciri utama:
- Gangguan suasana hati yang menetap
- Kehilangan minat dan makna hidup
- Penurunan fungsi secara menyeluruh dan berkepanjangan
- Tidak selalu terkait langsung dengan tekanan kerja atau akademik
- Membutuhkan intervensi psikolog atau psikiater
(Rani Hardjanti)