JAKARTA - Ciri-ciri perempuan dengan daddy issue, sulit percaya orang lain. Istilah daddy issue kian populer belakangan ini, terutama di media sosial. Meski kerap digunakan secara bercanda, sebenarnya istilah ini merujuk pada luka batin yang berakar dari hubungan tidak sehat atau kurangnya figur ayah saat masa pertumbuhan.
Dampaknya bisa terbawa hingga dewasa dan memengaruhi cara perempuan menjalin hubungan, baik dengan pasangan, teman, maupun dirinya sendiri. Berikut sejumlah ciri yang kerap muncul pada perempuan dengan daddy issue menurut para psikolog.
Perempuan dengan daddy issue kerap sulit percaya pada orang lain. Pengalaman masa kecil yang penuh kekecewaan membuat mereka waspada berlebihan dan butuh waktu lama untuk merasa aman dalam hubungan.
Mereka sering merasa harus terus-menerus mendapatkan pengakuan dan pujian agar merasa berharga. Dorongan ini muncul karena kebutuhan kasih sayang di masa lalu tidak terpenuhi.
Rasa takut ditolak atau ditinggalkan membuat perempuan dengan daddy issue kesulitan berkata “tidak” dan menetapkan batas sehat, sehingga rentan berada dalam hubungan yang tidak seimbang.
Kurangnya dukungan figur ayah dapat menimbulkan keyakinan bahwa mereka tidak cukup baik atau tidak layak dicintai. Hal ini mengganggu kepercayaan diri dan pola pikir.
Saat menjadi orang tua, sebagian perempuan cenderung berusaha keras memberikan apa yang tidak mereka dapatkan dulu, sehingga terkadang pola asuhnya berlebihan atau penuh kekhawatiran.
Psikolog menekankan bahwa daddy issue bukanlah vonis, melainkan sinyal luka batin yang perlu disembuhkan. Terapi, konseling, atau dukungan emosional dari orang terdekat dapat membantu proses pemulihan. Mengenali pola ini bukan untuk menyalahkan masa lalu, tetapi agar perempuan bisa membangun hubungan yang lebih sehat, baik dengan pasangan, anak, maupun dirinya sendiri.
Memahami tanda-tanda ini menjadi langkah awal untuk lepas dari bayang-bayang luka masa kecil. Karena setiap perempuan berhak merasakan hubungan yang penuh rasa aman, dicintai, dan setara.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)