Fumiko pun punya peran besar dalam pembuatan mesin penanak nasi yang dilakukan Yoshitada. Selain mengurus rumah, Fumiko juga ditugaskan untuk menguji berbagai versi penanak nasi yang dibawa pulang Yoshitada.
"Kami anak-anak tidak bisa hanya berdiri menontonnya melakukannya, jadi kami mulai membantunya,” papar Aiji.
Selagi anak-anaknya memeriksa termometer, Fumiko akan mencatat suhu di buku sekolah anak-anaknya. Hal itu bahkan dilakukannya sepanjang waktu.
"Ketika kami melihat buku catatan, kami menemukan hasil pengukuran yang dicatat pada pukul 2 atau 3 pagi. Itu menunjukkan bahwa ibu saya mengujinya sendiri, bahkan setelah menidurkan anak-anaknya,” ucap Aiji.
“Meskipun ia lelah karena melayani tamu-tamunya dan begadang untuk menguji penanak nasi, ia tetap bertahan. Di musim dingin, saat cuaca sangat dingin, kami memasak nasi di atap saat turun salju," lanjutnya.
"Kami juga memasak nasi di kotatsu, meja kayu rendah yang ditutupi selimut tebal untuk menghangatkan kaki. Kotatsu sangat populer di musim dingin Jepang. Saya ingat saya bermain di kotatsu dengan seekor kucing dan membalikkan nasi lalu dimarahi,” jelasnya.
Fumiko pun turut melibatkan anak-anaknya dalam membantu sang suami menciptakan alat penanak nasi ini. Anak-anak ditugaskan memakan nasi hasil masakan berbagai versi penanak nasi.
"Sejujurnya, rasanya sangat buruk. Bagaimana ya? Nasinya gosong atau kurang matang. Dan nasinya banyak sekali," kata Aiji.