Meski daging ini sudah mudah ditemui, dan generasi saat ini sudah paham akan pengawetan daging yang sempurna, dengan memasukannya di kulkas. Namun bekamal menjadi ciri khas sendiri, dengan aroma yang sudah hadir dari ratusan tahun. Suku Osing percaya bahwa bekamal menjadi masakan terlezat yang diolah secara tradisional tanpa adanya bahan pengawet kimia.
Selain kuliner, terdapat Serambi Budaya yang digagas oleh Dompet Dhuafa bersama masyarakat Suku Osing di Desa Tamansuruh ini dapat menjadi stimulus serta motivasi bagi masyarakat Indonesia untuk mencintai budaya asli negeri.
Berlokasi di Desa Tamansuruh sebagai Serambi Budaya sangatlah tepat, mengingat desa yang terletak di kawasan kaki Gunung Ijen ini sangat kaya akan etnik budaya seperti Mocoan Lontar Yusuf, Burdah, Kuntulan, Pencak Sumping dan seni budaya lainnya.
Di wilayah Kabupaten Banyuwangi sendiri banyak memiliki destinasi wisata budaya yang cukup banyak dengan berbagai macam potensi seni. Selain itu, Desa Tamansuruh telah beradaptasi dengan akulturasi perpaduan antara kalangan orangtua dan kaum milenial yang sadar untuk melestarikan juga memberikan pendidikan dan pengajaran tentang tradisi pendahulunya.
Para masyarakat kelompok milenial Desa Tamansuruh pun sadar bahwa tradisi terdahulu harus tetap dijaga dan dilestarikan. Ada enam desa yang diangkat dan dipilih sebagai lokasi Serambi Budaya Dompet Dhuafa. Enam desa ini dipilih karena potensi budayanya yang unik dan mampu berkembang, namun juga berpotensi mati jika tidak lestari.
Keenam desa ini tersebar di seluruh belahan-belahan Nusantara yaitu di Maluku, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, dan Banyuwangi, Jawa Timur. Namun Dompet Dhuafa akan terus mengembangkan Serambi Budaya ini hingga kelak setiap budaya yang ada di Nusantara ini menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia.
(Leonardus Selwyn)