KONSER Coldplay di Indonesia, yang dihelat di Stadion Utama GBK (SUGBK) pada Rabu (15/11/2023) tadi malam jadi konser sangat dinantikan oleh para penggemar band asal Inggris ini.
Konser semalam jadi konser pertama Coldplay di Indonesia, dan menjadi momen spektakuler setelah penantian selama 25 tahun. Namun, sayangnya tidak semua penonton yang hadir mendapat kebahagiaan di konser semalam.
Salah satu contohnya Tirta, yang mengisahkan pengalaman pilunya sebagai kaum prioritas (penonton dengan kursi roda-penyandang disabilitas). Melalui akun Twitter pribadinya @romeogadungan, Tirta mengungkap bagaimana dirinya yang memiliki tiket disabilitas justru kesulitan untuk mendapatkan kursinya sendiri.
BACA JUGA:
Tirta menyebut, berkaca pada pengalaman pribadinya, petugas di lokasi konser semalam tidak sigap dan membuat dirinya pun kebingungan harus mencari tempat duduknya.
"Jadi kalau berdasarkan email, para pemegang tiket wheelchair itu akan dibantu medic untuk ke dalam (stadion). Begitu nanya medic, semua bengong gak tahu ngapain,” tulisnya.
BACA JUGA:
“Akhirnya diping-pong naik turun. Gak tau masuk lewat mana, ada kali sejam gue naik turun nyari pintu masuk di mana," tulis Tirta lagi, dikutip Kamis (16/11/2023)
Melihat kondisi yang mulai tak kondusif, ia langsung berinisiatif untuk memanggil semua penonton yang mengenakan kursi roda untuk berkumpul di satu titik, dengan tujuan agar petugas bisa langung membantu dan memudahkan para disabilitas lainnya.
Namun, sayangnya bukan kabar baik yang diterima Tirta dan kawan-kawannya. pihak panitia menuturkan jika area penonton dengan wheelchair sudah penuh.
"Akhirnya karenas udah banyakan, pressure muncul di panitia. Perwakilan datang, dan bilang area wheelchair sudah penuh. 'Hah? Diisi siapa?'. Diisi orang-orang pemegang tiket biasa, yang somehow pakai kursi roda pas hari H. Katanya 'kecelakaan' deket2 konser,” curhatnya menjelaskan.
SItuasi mengejutkan tersebut, membuat Tirta dan para penonton dengan wheelchair lainnya sebagai pemegang tiket wheelchair merasa dirugikan. Tidak hanya itu, untuk mendapat tiket tersebut, para penyandang disabilitas ini pun harus mengurus surat ke rumah sakit. Namun, perjuangannya tersebut sia-sia dan terkalahkan dengan pemegang tiket umum dan datang pakai kursi roda.
"Jadi mereka pakai kursi roda, dan minta ditempatkan sama panitia di bagian kursi roda. Sementara pemegang tiket wheelchair, yang dari awal ngurusin surat dari RS, dll harus rela pindah ke bagian yang ada tangga-tangganya. Itu solusi dari panitia, di sini gue sudah mau ngamuk," jelas Tirta.
Tak terima kursinya direbut oleh orang yang tak berhak, alih-alih dibantu oleh para petugas dari pihak promotor, Tirta justru bergerak sendiri mencari solusi.
"Solusi dari gue, dateng saja ke seat masing-masing. Confront siapa yang duduk di situ, kalau tiketnya gak sesuai, ya suruh pindah. Pun beneran kecelakaan mendekati hari H, ya tough luck bung. Silakan ke seat Anda. Jangan ngambil hak orang," tulis Tirta.
Setelah diskusi panjang dengan para petugas, akhirnya Tirta bisa masuk ke dalam Stadion Utama GBK.
"Tapi panitia minta, perwakilan saja yang liat tempat duluan. Kalau udah aman, baru pengguna kursi rodanya ikut masuk. Akhirnya itu opsi yang diambil dan somehow, area itu bisa dikosongin. Kita dijemput dan bisa masuk. Meski pun gak duduk di seat masing-masing," tuturnya lagi.
Melalui kesempatan ini, Tirta sangat menyayangkan perlakuan dari para panitia yang tidak bertindak dengan sigap.
"Kalau lo liat gue, mungkin gak terlalu iba. Tapi beberapa pengguna kursi roda lainnya memang gak akan kuat naik-naik tangga. Kondisinya gak sekuat gue, kasian banget asli. Ada teteh-teteg bawa adiknya yang (kayaknya) cerebral palsy," tulis Tirta.
(Rizky Pradita Ananda)