Studi sendiri digelar oleh para peneliti dengan melihat data selama satu dekade dari panel longitudinal yang disebut National Health and Aging Trends Study (NHATS). Penelitian ini khususnya dilakukan pada 6.284 orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun alias orang lanjut usia, yang mana tak pernah didiagnosis menderita demensia.
Para peneliti melaporkan, bahwa sleep-initiation insomnia punya risiko demensia sebesar 51 persen lebih tinggi. Sementara orang-orang yang mengonsumsi obat tidur, terlihat menunjukkan peningkatan risiko demensia hingga 30 persen dan orang yang mengalami sleep-maintenance insomnia, justru terlihat mengalami penurunan 40 persen resiko demensia.
Menurut para penelitil, jika lebih banyak waktu (seseorang) terjaga, maka bisa membuat fungsi kognitif terus berdetak tanpa harus berdampak buruk pada kualitas tidur seseorang di malam hari. Sayangnya, studi ini tidak cukup menjelaskan bagaimana sebab akibat dari gangguan tidur memengaruhi demensia itu sendiri.
Sebagai catatan, para peneliti menilai tetap perlu penelitian lebih lanjut yang menganalisis hubungan antara gangguan tidur dengan jenis-jenis demensia dan untuk lebih memahami penyebab dan manifestasinya, serta membatasi konsekuensi jangka panjangnya.
(Rizky Pradita Ananda)