3. Obat oral dan injeksi: Obat yang bisa diminum atau diinjeksi langsung ke pembuluh darah. Obat ini diklasifikasikan sebagai imunosupresan, bekerja dengan mencegah sistem kekebalan tubuh mengaktifkan respons inflamasi kulit yang merupakan ciri khas dermatitis atopik, sehingga mengurangi masalah gatal, peradangan, dan penghalang kulit.
Imunosupresan yang paling umum dipakai adalah siklosporin, azathioprine, metotreksat, dan mikofenolat mofetil. Faktanya, ketika imunosupresan dipakai untuk pengobatan dermatitis atopik, obat ini dianggap 'off-label', karena tidak disetujui FDA secara khusus untuk pengobatan penyakit ini.
Imunosupresan juga punya efek samping, yaitu risiko kanker tertentu, peningkatan tekanan darah (siklosporin), peningkatan risiko kerusakan ginjal (siklosporin dan metotreksat), dan risiko kerusakan hati (metotreksat).
4. Antihistamin: Bisa membantu meredakan gatal pada kasus gatal-gatal dan kondisi alergi lainnya. Namun, obat ini tidak meredakan gatal yang terkait dengan dermatitis atopik, karena penyebab dasarnya berbeda.
Antihistamin klasik yang menyebabkan kantuk dan merupakan bahan aktif dalam obat tidur, terkadang dipakai untuk membantu orang dengan dermatitis atopik agar bisa tidur malam lebih nyenyak.
Ingat, jika kondisi penyakit makin serius, segera datangi dokter kulit Anda untuk penanganan lebih lanjut.
(Rizky Pradita Ananda)