Perilaku konsumen ikut berperan
Runner Up Kontes Kecantikan asal Bengkulu Dinda Ayudita mengakui dahulu dirinya bisa belanja baju baru setiap hari, walau pada akhirnya hanya terpakai satu-dua kali saja dan tersimpan rapi di lemari tanpa pernah tersentuh lagi.
"Ketika itu saya mulai berpikir ulang tentang kebiasaan membeli baju. Sudah saatnya saya berubah total. Sekarang saya jarang sekali beli baju. Belum tentu setiap satu-dua bulan saya beli baju,” kata Dinda.
Dinda turut berbagi tip agar tak perlu terus-menerus belanja produk fesyen, yaitu dengan memilih produk dasar dalam warna monokrom, seperti hitam dan cokelat, sehingga bisa dikenakan di berbagai acara. "Basic item milik saya adalah jeans, kaus ketat atau tank top, dan sepatu putih. Kalau mati gaya, sepatu putih tidak pernah gagal jadi penolong," kata Dinda.
Limbah fesyen bisa ditekan
Selain mengurangi belanja produk fesyen, hal yang paling sederhana untuk meminimalkan limbah fesyen yaitu mendonasikan pakaian lama yang masih layak pakai kepada mereka yang membutuhkan.
Jika sangat perlu belanja baju, Dewi menyarankan agar memastikan semua diproses secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, misalnya memakai bahan daur ulang dan dibuat dari bahan yang tahan lama.
"Mengurangi sampah fesyen adalah aksi sederhana yang bisa kita lakukan untuk memperlambat perubahan iklim. Jadi, mari menunjukkan rasa cinta pada bumi dengan mengurangi belanja produk fesyen, merawat pakaian dengan baik, dan memodifikasi pakaian lama," kata Dewi.
(Martin Bagya Kertiyasa)