SEJUMLAH perusahaan farmasi terbesar di dunia seperti R&D dan GSK menyatakan belum siap menghadapi pandemi berikutnya terkait kekhawatiran munculnya virus nipah (NiV). Ditambah lagi, saat ini angka kasus covid-19 yang masih mewabah dilaporkan terus meningkat.
Direktur Eksekutif Access to Medicine Foundation yang berbasis di Belanda, Jayasree K Iyer, menyoroti wabah virus nipah di China dengan tingkat kematian hingga 75 persen. Ini berpotensi menimbulkan risiko pandemi besar berikutnya.
Baca juga: Selain Corona, Ada Virus Nipah yang Juga Bisa Sebabkan Pandemi
"Virus Nipah adalah penyakit menular lain yang muncul dan menimbulkan kekhawatiran besar," katanya, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (27/1/2021).
Ia juga mengatakan bahwa virus nipah bisa menimbulkan angka persebaran tertinggi kapan saja. Maka itu, para ilmuwan menilai virus nipah bisa berpotensi menjadi pandemi baru.
Virus nipah dapat menyebabkan masalah pernapasan yang parah dan ensefalitis, serta pembengkakan otak. Virus nipah juga memiliki angka kematian 40 hingga 75 persen, tergantung di mana wabah itu terjadi.
Ini adalah salah 1 dari 16 penyakit menular yang diidentifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai risiko kesehatan masyarakat terbesar.
Baca juga: Para Ilmuwan Mewaspadai Virus Nipah Jadi Pandemi Baru di Asia
Dari 16 patogen yang diidentifikasi oleh WHO sebagai risiko terbesar bagi kesehatan masyarakat, hanya 6 yang saat ini berada di bawah R&D.
Empat produk dalam pengembangan untuk virus chikungunya yang ditularkan oleh nyamuk yang telah menyebar dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir di seluruh Amerika, Afrika, dan di India. Produk itu berupa vaksin, obat-obatan, alat diagnostik, dan semprotan insektisida dari Bayer yang juga berfungsi untuk demam berdarah dan Zika.