MUNGKIN dari beberapa kalian bingung, kenapa mudah sekali berjerawat, terutama untuk para perempuan. Padahal, sudah sering melakukan perawatan dan mengaplikasikan produk kecantikan yang mungkin harganya tidak murah.
Nah, mungkin bukan karena wajah Anda yang kotor tapi karena adanya anonali dalam tubuh Anda. Salah satunya adalah hyperandrogen atau kelebihan hormon androgen dalam tubuh wanita.
Meski tidak menunjukkan gejala klinis yang signifikan, namun kondisi hiperandrogen bisa dilihat dari tumbuhnya rambut di bagian tubuh wanita yang tak biasa, siklus menstruasi yang kacau atau sindrom ovarium polikistik (PCO). Lantas apa hubungannya dengan jerawat?
"Kelebihan hormon androgen pada wanita dapat meningkatkan proses pertumbuhan rambut. Karena hormon ini merangsang produksi kelenjar minyak berlebih dan nantinya ini akan jadi bakal jerawat," ucap Dr. Steffi Aditya, spesialis kecantikan.
Hormon ini memang dikenal sebagai hormon laki-laki, tapi wanita juga memproduksi hormon androgen di dalam tubuhnya. Hormon ini berperan dalam menumbuhkan rambut, memengaruhi kondisi kulit dan sel telur.
Normalnya, jumlah hormon androgen dalam tubuh wanita hanya sedikit atau sekira 1 persen. Jika lebih dari itu, maka bisa berpotensi terjadi kelainan hormonal atau dikenal dengan hiperandrogen.
Di Indonesia sendiri, kasus hiperandrogen lebih banyak ditemui pada perempuan usia produktif antara 15-35 tahun. Kurang lebih sekitar 10 persen dari populasi perempuan tersebut yang mengalami hiperandrogen disertai dengan keluhan menstruasi yang dikenal dengan sindrom ovarium polikistik (PCO).
Pada tubuh wanita dengan hiperandrogen, produksi minyak berlebih itu bisa membentuk keratin di folikel kulit, tempat tumbuhnya rambut-rambut. Kemudian minyak tersebut membentuk sebum dan menutup sel kulit mati lebih cepat dari biasanya.
Alhasil, folikel kulit tersumbat dan jadi tempat kuman penyebab jerawat berkumpul. Kemudian menimbulkan reaksi peradangan dan jadilah jerawat.
"Tak hanya di wajah, jerawat bisa tumbuh di ketiak bahkan punggung. Ketika tidak diatasi dengan tepat, bisa jadi jerawat akan lebih besar bahkan bisa membentuk jerawat batu," ucapnya.
Selain jerawat, hiperandrogen dapat dikenali setidaknya melalui beberapa gejala klinis. Gejala-gejala tersebut di antaranya adalah peradangan kulit bagian atas (seborrhea), tumbuhnya rambut pada bagian tubuh perempuan yang tak biasa (hirsutism), serta kebotakan yang diawali dengan rambut rontok (alopecia).
(Martin Bagya Kertiyasa)