Melestarikan Tari Daerah Bersama Arkamaya Sukma, Ketika Budaya Indonesia Terkikis Teknologi

Dimas Andhika Fikri, Jurnalis
Selasa 04 Februari 2020 22:31 WIB
Arkamaya Sukma. (Foto: Okezone)
Share :

Persiapannya sendiri, kata Kunti, memakan waktu kurang lebih tiga bulan. Untungnya, sebagian besar anggota komunitas ini merupakan ibu-ibu dengan rentang usia antara 40-60 tahun, namun terbilang militan dan memiliki komitmen yang kuat.

Hal tersebut terbukti dari jadwal latihan mereka yang sangat padat. Seminggu bisa sampai 3-4 kali dengan durasi 2-3 jam per malam. Bahkan menjelang pentas, intensitas latihan akan semakin tinggi.

Berkat determinasi dan komitmen yang kuat itulah, penampilan mereka di peringatan Imamat ke-50 itu menuai banyak pujian dan respons positif. Padahal, sejak awal berkecimpung di komunitas ini, Kunti dan teman-temannya tidak memiliki kemampuan dasar menari apalagi menampilkan pertunjukkan tari tradisional Jawa yang terbilang rumit dan susah.

"Sebagian dari kami itu belum pernah belajar menari, paling banter ya waktu masih kecil. Tapi setelah mendapat banyak respons positif, kami sepakat untuk menyeriusi kegiatan ini dan mendirikan komunitas Arkamaya Sukma. Jenis tarian yang kami pilih adalah tari tradisional Jawa dengan pakem-pakem Surakarta," jelas Kunti.

Kunti menjelaskan, keputusan memilih tari sebagai kegiatan utama komunitas tidak terlepas dari alasan kesehatan, selain untuk mencari kegiatan positif di luar aktivitas sehari-hari.

"Buat ibu-ibu bagusnya menari, kalau olahraga lain sudah terlalu mainstream dan membutuhkan kondisi fisik yang kuat. Kenapa dipilih tari Jawa klasik/Surakarta? Karena sebagian dari kami ada yang berasal dari Solo. Selain itu, tadinya kami bergabung di satu sanggar, dan dari awal diajarkan gaya klasik Surakarta," papar Kunti.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya