Nagashi Somen, Tradisi Menangkap Mi yang Meluncur di Atas Bilah Bambu dengan Sumpit

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Rabu 13 Maret 2019 14:00 WIB
Nagashi Somen seni menangkap mi di Jepang (Foto: BBC)
Share :

Nagashi-somen adalah ritual orang Jepang di musim panas yang menggabungkan penghormatan terhadap alam, makanan, dan kebersamaan

Hari itu adalah hari yang cerah di bulan Juli. Di sebuah restoran di Pulau Kyushu, Jepang, yang menghadap pegunungan, sahabat lama saya – seorang pengusaha Jepang berumur 40-an tahun – mengangkat segumpal somen alias mi tipis berwarna putih. Dengan wajah berseri-seri, dia berkata pada saya dan dua temannya yang lain:

"Ii desu ka?" Apakah kamu siap?

"Ichi, ni, san - iku yo!" Satu, dua, tiga - mereka datang!

Dia meletakan mi di aliran air pada saluran bambu sepanjang 1,5 meter. Kami bertiga duduk di ujung yang berlawanan, dan ketika mi meluncur dengan cepat ke arah kami, kami mencoba menangkap mi yang licin itu dengan sumpit kami.

"Hayaku, hayaku!" - Cepat, cepat! - Kimiko-san, perempuan yang di sisi kanan saya bergumam sebal pada dirinya sendiri.

"Ahhh, dame da!" - Oh, gagal! - Eishi-san, ujar laki-laki berjas hitam di depanku.

Saat makin banyak gumpalan-gumpalan mi dilepaskan ke arah kami, kami mencoba menangkap mi-mi itu sambil tertawa. Akhirnya, kami semua mengangkat sumpit dan dengan penuh kemenangan memperlihatkan tangkapan kami.

Kami mencelupkan mi ke dalam mangkuk keramik berisi saus tsuyu, yang dibuat dari kaldu sup bonito dengan kombu (rumput laut kering yang dapat dimakan), gula, arak beras mirin, dan kecap asin, dan menambahkan daun bawang dan jahe Jepang.

Saat kami melahapnya, mi tersebut terasa dingin dan lembut. Saus itu membuat rasa pedas dan asin di mulut dan membuatnya sangat mudah ditelan.

Di meja lain di restoran, ada keluarga-keluarga, kumpulan karyawan, dan sekelompok pelajar yang ingin menikmati makanan yang sama: Nagashi-somen, makanan yang menjadi ritual musim panas di Jepang.

Banyak versi cerita yang mencoba mengungkapkan di mana dan kapan dimulainya ritual itu.

Tetapi, kisah yang paling terkenal adalah ritual itu bermulai pada tahun 1950-an di kota Takachiho di Kyushu, yang letaknya di sisi selatan empat pulau utama Jepang.

Takachiho adalah tempat cagar alam populer dengan hutan dan jalur pejalan kaki yang hijau, serta ngarai dengan tebing basal vulkanik dan air terjun.

Tempat ini sangat populer di musim panas ketika orang Jepang berbondong-bondong melarikan diri dari hawa panas. Mereka biasanya menyewa perahu dayung untuk menyusuri sungai Gokase dan menjelahi air terjun.

Diceritakan bahwa pemilik sebuah restoran bernama Chiho no Ie, atau Rumah Chiho, yang terletak di sisi selatan ngarai, memiliki ide untuk mengirimkan mi ke wisatawan yang lapar melalui seluncuran bambu.

Cerita itu mengatakan dia terinspirasi oleh para petani lokal yang biasanya mendinginkan mie rebus mereka dengan mengalirkannya di air terjun kecil yang mengalir ke sungai lokal. Mungkin dia terinspirasi oleh rumpun bambu dan air yang mengalir deras dari air terjun Takachiho yang terkenal.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya