BACA JUGA:
Sri Giyati menceritakan kerupuk dagangannya didapat dari produsen di Demak. Dia kulak sebanyak 6 kuintal/pekan. Persediaan itu selalu habis tiap pekan. Kerupuk dikemas di plastik besar dan kecil. Kerupuk seplastik besar dijualnya Rp10.000.
Sedangkan seplastik kecil dijual Rp1.500. Sri memasarkan sebagian persediaan ke sejumlah pasar di Wonogiri, seperti Baturetno, Slogohimo, dan Ngadirojo, serta Pasar Punung, Pacitan, Jawa Timur. Sebagian lagi dijual di rumahnya untuk melayani pembeli yang lewat jalan raya.
Sebelumnya dia menjalankan usaha mengkreditkan perabot rumah tangga selama 10 tahun. Karena alasan tertentu usahanya berhenti. Lalu dia berjualan tahu bakso di Pasar Punung hingga akhirnya melihat ada yang berjualan kerupuk ndalepak-ndalepuk. Dia pun mengikuti jejak pedagang tersebut.
“Banyak konsumen yang beli karena teringat masa kecil. Ada juga yang membeli karena nonkolesterol,” ucap Sri.
(Santi Andriani)