Colenak Murdi Putra Jadi Cemilan di KAA

Sindonews, Jurnalis
Kamis 16 April 2015 13:19 WIB
Colenak murdi putra (Foto:Inin/Sindonewscom)
Share :

BAGI pencinta kuliner di Jawa Barat, nama Colenak bukanlah sesuatu yang asing. Kuliner yang terbuat dari adonan tape singkong (peyeum) dicampur dengan gula kelapa (kinca) itu, sudah cukup akrab dengan penikmat makanan khas Sunda.

Dalam perjalanan sejarahnya, makanan tempo dulu itu, bahkan pernah menjadi hidangan para tamu kehormatan, yakni kepala negara peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA), pada 1955 silam. Adalah colenak buatan Murdi Putra, yang menjadi hidangan ringan bagi tamu undangan tersebut.

Penamaan Colenak untuk nama makanan itu sendiri, konon bukan berasal dari Murdi, selaku produsen. Adalah para pelanggan setia Murdi yang kerap datang ke warungnya, di Jalan Jendral Ahmad Yani Nomer 733, yang memberi nama makanan itu, hingga akhirnya dikenal dengan nama Colenak hingga sekarang.

Penamaan Colenak sendiri, sebenarnya terinspirasi dari cara memakannya, yakni dengan cara mencocolkan peyeum ke kinca. “Para Aom (kaum ningrat-red) yang melanggan itu lah yang memberikan nama colenak untuk panganan itu,” kata penulis buku Di Balik Layar Warna-warni KAA 1955, Sulhan Syafii.

Murdi sendiri, dengan dibantu keluarga dan tetangga sudah mulai membuat colenak sejak 1930 silam. Dalam perjalanan kariernya membuat Colenak, era 1955, adalah masa yang paling bersejarah bagi keberadaan Colenak Murdi.

“Selama KAA, Colenak Murdi Putra selalu hadir, terutama di malam resepsi tanggal 18 April 1955 di gedung Pakuan dan acara perpisahan pada 24 April di Hotel Savoy Homann,” jelas dia.

Keberadaan Colenak Murdi Putra, ternyata tidak hanya berlangsung pada masa Pak Murdi hidup saja. Setelah Pak Murdi meninggal pada 1966 pun, keberlangsungan Colenak tersebut tetap bertahan dan dilanjutkan oleh anaknya, Hj. Sopiah.

Pada saat Colenak berada di tangan generasi ke-2, terdapat beberapa perbedaan yang dilakukan oleh Hj. Sopiah. Namun, perbedaan tersebut tidak sampai mengurangi cita rasa dari Colenak yang akhirnya dinamakan Colenak Murdi Putra itu.

“Pada masa ibu (Hj. Sopiah), ada beberapa perbedaan, diantaranya kalau dulu zaman kakek dibuatnya itu di depan warung, pas zaman ibu, pindah di belakang warung. Ini karena kondisi di sini yang sudah mulai ramai, sehingga ditakutkan asap yang keluar saat membuat Colenak menggangu dan bikin kotor,” kata generasi ke-3 pengelola warung Colenak Murdi Putra, Bety Nuraety kepada Sindonews, di sela-sela aktivitasnya menjaga toko Colenak Murdi Putra.

Perbedaan juga terjadi pada varian rasa Colenak itu sendiri. Jika pada masa Murdi hanya ada satu rasa, yakni orisinal, maka di tangan generasi ke-2, Colenak Murdi Putra memiliki tiga rasa, yakni orisinal, nangka dan durian. Namun demikian, dari ke tiga rasa itu, rasa orisinal dinilai paling banyak diminati oleh pencinta Colenak.

Jika pada masa Murdi, Colenak Murdi Putra pernah dinikmati oleh kepala negara dalam acara KAA, maka pada masa generasi ketiga, sejumlah artis papan atas, pernah singgah untuk menikmati kuliner yang saat ini dibanderol dengan harga Rp9 ribu itu.

Nama-nama seperti Armand Maulana, Roy Marteen, adalah contoh kecil artis yang pernah mencicipi colenak yang disebut-sebut sebagai colenak pertama itu.

Selain artis, sejumlah pesepakbola tanah air pun, khususnya yang pernah membela Persib Bandung, pernah ikut mencicipi.

“Adapun untuk pejabat, sekarang ini kami sering menerima pesanan ketika ada acara-acara di instansi pemerintahan di sini, entah itu Pemkot maupun Pemprov. Dan saat peresmian Trans Studio Bandung oleh Bapak SBY, mereka juga memesan (colenak-red),” jelas dia.

(Santi Andriani)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya