“Keberadaan IIBF selama 45 tahun merupakan pencapaian besar dalam hal konsistensi dan resiliensi. Bahkan, ketika pandemi COVID-19 melanda dunia dan industri buku terpukul hebat, IIBF tetap teguh berdiri,” ujarnya.
Menurutnya, IIBF 2025 hadir bukan hanya sebagai pameran, tetapi juga upaya memperluas akses bacaan, memperkuat ekosistem penerbitan, serta menumbuhkan budaya membaca di masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia IIBF 2025, Wahyu Rinanto, menuturkan dengan menghadirkan partisipasi dari 20 negara, 125+ peserta, 150+ acara literasi, serta 160+ narasumber, IIBF 2025 menjadi ruang dialog, transaksi, dan inovasi yang dibutuhkan industri perbukuan Indonesia.
Berlangsung dari 24–28 September 2025, sejumlah program unggulan turut memeriahkan IIBF tahun ini, di antaranya program IRF yang dilangsungkan pada tiga hari pertama pameran, menjadi ajang transaksi hak cipta yang diikuti 80 penerbit dan agen naskah dari Indonesia dan mancanegara.
Antara lain Malaysia, Korea, Jepang, India, Cina, Iran, Mesir, Thailand, Turkiye, Hong Kong, Singapura, Pakistan, hingga Britania Raya dan Uni Emirat Arab. Melalui IRF, penerbit-penerbit akan saling mencari buku-buku potensial untuk diterbitkan di negaranya masing-masing.
Selain itu, ada Lit Connect, program perdana yang mempertemukan pelaku industri buku dengan profesional perfilman, gim, dan pengembangan IP. Program Story Market yang kembali setelah sukses tahun 2024, mempertemukan penerbit, studio, platform web, dan pembeli konten.